Ratusan Tenong, Tumpeng dan Gunungan Sambut Ramadhan

15 Desa di Cepogo Ikuti Gerebek Sadranan

NYADRAN: Jajaran Muspika Cepogo membuka tenong, yang biasa digunakan untuk membawa makanan dalam tradisi nyadran
NYADRAN: Jajaran Muspika Cepogo membuka tenong, yang biasa digunakan untuk membawa makanan dalam tradisi nyadran

JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Menjelang bulan ramadhan, tepatnya di bulan Ruwah, dalam penanggalan Jawa, ada tradisi nyadran di wilayah Boyolali. Yang cukup terkenal dalam tradisi nyadran di Boyolali, yakni di wilayah lereng Gunung Merapi-Merbabu, antara lain di Kecamatan Cepogo.

Selain di Cepogo, tradisi nyadran juga ada di Kecamatan Selo dan Musuk. Tradisi ini termasuk salah satu tradisi yang selalu ditunggutunggu masyarakat. Disetiap dukuh atau desa, menggelar tradisi sendirisendiri dengan waktu pelaksanaan yang berbeda-beda. Membuka tradisi sadranan, Pemerintah Kecamatan Cepogo akan menggelar Grebek Nyadran, pada Minggu (14/4) besok.

Sebanyak 15 desa di kecamatan tersebut mengikuti acara yang akan berlangsung di depan kantor kecamatan setempat.

Baca juga:  UMP Salurkan Rp 1 Miliar untuk Donasi untuk Banyumas Selama Ramadhan

“Setiap desa akan mengirimkan 21 tenong, tiga tumpeng dan gunungan,” kata Camat Cepogo, Insan Adi Asmono, usai rapat persiapan acara Grebek Nyadran, di kantornya, kemarin (9/4).

iklan

Dijelaskan, acara akan dimulai pagi hari. Diawali dengan arak arakan tenong sebanyak 315 tenong dan 45 tumpeng serta 7 gunungan hasil bumi dan 7 gunungan makanan khas. Tenong, tumpeng dan gunungan diarak oleh perwakilan masyarakat dari 15 desa di Cepogo. Arak-arakan tenong, tumpeng dan gunungan dari dua arah. Yaitu dari arah barat, merupakan dari desa-desa di Kecamatan Cepogo bagian barat atau atas, terdiri Desa Wonodoyo, Jombong, Gedangan, Sukabumi, Genting, Cepogo, Kembangkuning dan Gubug berangkat dari lapangan desa Mliwis.

Baca juga:  20 Anggota Polres Boyolali Naik Pangkat

Kemudian juga dari bawah, dari desa-desa di bawah. Mereka akan bertemu di depan kantor Kecamatan Cepogo. Yakni Desa Sumbung, Paras, Mliwis, Jelok, Bakulan, Candigatak dan Cabeankunti, berangkat dari kantor BKAD Kecamatan Cepogo. Selanjutnya, tenong dan tumpeng dari desa bawah diletakkan berjejer di jalan depan kecamatan, dan setelah dipimpin doa bersama masyarakat dipersilahkan menikmati makanan dalam tenong dan tumpeng serta berebut gunungan hasil bumi dan makanan khas dimaksud. Makanan yang disajikan, juga merupakan makanan khas daerah setempat dan hasil olahan sendiri.

“Di acara itu nanti juga dibacakan jadwal sadranan di 15 desa,” jelas Insan.

Dikatakan, acara ini digelar dalam rangka nguri-uri budaya Jawa.

Baca juga:  Jelang Puasa, Harga Ayam di Solo Naik

“Selain untuk nguri-nguri Budaya Jawa, acara ini kami gelar agar tradisi ini lebih rapi dan bisa mendunia sehingga menjadi event pariwisata yang menarik,” tandasnya. (aji/bis/rit)

iklan