JATENGPOS.CO.ID. KENDAL– Meski bulan ramadan masih beberapa minggu lagi, bagi warga Kampung Jagalan Desa Kutoharjo Kaliwungu tetap tidak meninggalkan tradisi yang sudah dilakoni turun temurun. Yakni menggelar gerebek sumpil yang diarak keliling kampung.
Sebanyak 2.000 Sumpil yantg menjadi makanan khas bagi warga Kaliwungu tersebut ludes dalam waktu kurang dari lima menit direbutkan ratusan warga agar mendapat berkah dan keselamatan saat memasuki bulan puasa.
Gunungan berisi sumpil yang terbuat dari beras dan dibungkus dengan daun bambu serta hasil bumi ini sebelumnya diarak dari makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja menuju bukti jabal di Kaliwungu untuk diperebutkan warga, Kamis (26/4) petang kemarin.
Usia berdoa bersama warga kemudian mengarak gunungan yang berisi 2.000 sumpil keliling kampung diiringi dengan drum blek. Gerebeg sumpil ini dilaksanakan warga menyambut datangnya bulan puasa, dengan harapan saat bulan puasa dayang bisa menjalankan ibadah dengan baik.
Sesampainya di bukit jabal gunungan kemudian menjadi rebutan warga yang sudah berkumpul. Warga rela saling dorong dan berebut sumpil yang sudah dikemas dalam wadah plastik ini untuk mendapatkan keberkahan.
Warga yang rela berebut gunungan sumpil ini mengaku makanan khas ini jarang sekali ditemukan. Dengan gunungan sumpil, warga berharap mendapat keberkahan sesuai dengan simbol dan makna yang terkandung dalam makanan khas Kaliwungu ini.
“Biar berkah dan menjalankan puasa ramadhan mendatang mendapatkan keberkahan dan kelancaran serta rejeki melimpah,” ujar Annisah, warga Kaliwungu.
Camat Kaliwungu, Dwi Cahyo Suryo mengungkapkan sumpil yang dibungkus daun bambu mempunyai makna agar manusia bisa berguna seperti bambu yang setiap bagiannya bermanfaat. “Sumpil yang berbentuk segitiga mengandung makna manusia harus menjalin hubungan dengan sang pencipta dengan sesama manusia dan benda lain ciptaan tuhan,” ungkap dia.
Pengurus makam Eyang Pakuwaja, Zaenal Arifin mengatakan tradisi gerebeg sumpil dengan mengirab gunungan berisi makanan khas Kaliwungu mengandung filosofi keberkahan manusia dalam menjalani hidup harus seimbang.
“Gunungan ini sengaja diperebutkan warga sebagai bentuk keberkahan dan saling berbagi sesama manusia. Sumpil sendiri mengandung makna menyerahkan diri kepada sang pencipta dengan iklhas,” katanya.
Selain menggelar kirab gunungan sumpil juga digelar pengajian dalam rangka haul dan ruwahan masal di makam Wali Hasan Abdullah atau Eyang Pakuwaja. (via/muz)