JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Pengurus Cabang PMII Kota Surakarta menyelenggarakan diskusi akhir tahun pemerintahan Kota Surakarta dengan mengambil tema “Menilik Target Pembangunan Infrastruktur Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Kota Surakarta” di Nglaras Eco Surakarta, Selasa (28/12/2021).
Diskusi dilaksanakan secara campuran (hybrid) dengan menghadirkan Kepala Bappeda Tulus Widajat, pihak akademisi oleh Prof. Anton Agus Setyawan, Eko Setyawan dari KOMPIP dan Istini Anggoro selaku Manager Program PPRMB Solo.
Ghani Arrosyid, ketua PMII Kota Solo mengatakan ada beberapa potensi akar permasalahan yang dirumuskan dalam Rembug ini, yang nantinya dapat menjadi kajian dan isu dalam kebijakan tahun-tahun kedepan.
“Kami membahas pembangunan infrastruktur fisik dan sosial ekonomi di Kota Surakarta, Pembangunan kota ramah anak yang didalamnya terkandung soal tata ruang kota, Konsep Smart City, Pembangunan kota ramah kaum marginal, Pembangunan dan konsep ekonomi digital.” Kata Ghani.
Bappeda Kota Surakarta menyatakan masih banyak PR yang harus digarap oleh pemerintah kota terutama terkait tata ruang kota. Guna selaras dengan misi untuk menjadikan solo sebagai kota yang ramah terhadap lingkungan.
“Masih perlu pematangan strategi yang disusun dan kajian yang mendalam terkait pembangunan kota Surakarta serta pentingnya posisi akademisi dan masyarakat untuk turut aktif mengawasi serta membantu pembangunan kota Surakarta.” Kata Tulus Widajat.
Eko Setyawan, Pengamat KOMPIP, menyatakan masyarakat Solo harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan atau yang bersangkutan mendapat ruang dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
“Peran privat sektor juga dapat terlibat untuk menjawab problem-problem yang ada di kota Solo, termasuk masyarakat umum Solo untuk berdiskusi bersama, berdedikasi, dan berkarya memajukan kota,” imbuh Eko.
Sementara, Istini Anggoro, dari PPRBM Solo menyatakan kebijakan inklusi di Kota Solo terutama terkait ramah anak & keberpihakan gender belum optimal.
“Sektor-sektor inkusif belum digarap secara optimal. Kasus kekerasan kelompok marginal masih massif. Ketika berbicara terkait start up/digitalisasi pasar masih memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihannya adalah memudahkan dan membuka lapangan kerja bagi teman-teman inklusif namun disisi lain menyusahkan jika teman-teman inklusif tidak mendapat pelatihan dan pendampingan.” Tandas Istini.
Sedangkan menurut Pengamat Ekonomi UMS Prof. Anton A. Setyawan memaparkan bahwa Solo akan mampu memajukan ekonomi jika suplay change terhadap produk lokal mampu diserap oleh masyarakat lokal kota Surakarta.
“Hilirasisasi industry dan digitalisasi ekonomi penting bagi kota Surakarta. Reserch and Development perlu ditingkatkan. Namun karena memerlukan biaya yang tidak sedikit maka diperlukan sinergi antara pemerintah dan perusahaan untuk mewujudkan RnD,” tegasnya.
Bisa disimpulkan, efek dari Covid-19 masih terasa sehingga menimbulkan efek bagi perekonomian Kota Surakarta. Harapannya melalui diskusi Refleksi Akhir Tahun Kota Surakarta, dapat membongkar membedah beberapa data, termasuk data terkait kemiskinan dan kesenjangan di Kota Surakarta.
“Walaupun data provinsi, Surakarta bertengger pada posisi aman dalam aspek ekonomi, namun peningkatan kemiskinan dan kesenjangan perlu untuk dicari tahu permasalahannya dan diselesaikan melalui pantikan diskusi tersebut bagi keberlangsungan kebijakan di kota Surakarta,” pungkas Ghani. (Dea)