JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Hasil survey Solo Raya Pooling mengenai calon pemilu walikota Solo, yang mengumumkan putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka sebagai bakal calon kuat Walikota Solo melampui kandidat calon Walikota DPC PDIP Solo Achmad Purnomo, menuai tanggapan beragam.
“Ya kalau sekedar lucu – lucuan bolehlah. Kami rasa, semua juga sudah tahu kemana arah dari hasil survey itu,” kata BRM Kusumo Putro, inisiator Gerakan Rakyat Untuk Daerah Kota Surakarta (GARUDA), atau relawan pendukung pasangan Achmad Purnomo – Teguh Prakosa, pada sejumlah awak media, Selasa (30/6/2020).
Hasil survey tersebut, menurut Kusumo tidak mencerminkan kondisi riil dan jauh dari realita. Setelah ia membaca sejumlah pemberitaan di beberapa media, sedikitnya ada dua hal yang membuat survey itu dinilainya kurang akurat.
“Pertama, kami menilai survey itu tidak sepenuhnya merepresentasikan mayoritas warga Solo, meski disebut respondennya dari DPT. Tapi kenapa dari lima kecamatan, kok hanya empat kecamatan yang disurvey,” sebutnya.
Lima kecamatan dimaksud adalah Laweyan, Banjarsari, Pasar Kliwon, Serengan, dan Jebres. Namun dalam survey tidak ada responden dari wilayah Kecamatan Jebres.
“Selain itu, dari simulasi yang dilakukan, terkesan sangat memaksakan agar nama Purnomo hanya sebagai calon Wakil Walikota. Padahal dicalonkan dan mendaftar sebagai Walikota. Ada penggiringan opini,” ujarnya.
Dalam pandangan Kusumo, survey yang disebut dilakukan bekerjasama dengan salah satu PTS di Solo dengan koordinatornya seorang dosen pasca sarjana ini seperti sengaja ingin mendikte parpol dengan cara memanfaatkan media.
“Kami hanya berharap, kepada masyarakat agar jangan mudah terkecoh dengan yang namanya survey. Selain itu, parpol juga jangan lantas terlena dengan bungkus manis survey,” tandasnya.
Kusumo juga menegaskan bahwa DPC PDIP Solo tidak gegabah dalam mencalonkan Walikota. Pemilihan nama Purnomo dan Teguh sudah sesuai mekanisme partai, juga didukung semua PAC dan kader PDIP.
“Dalam hal ini kami menegaskan, PDIP Solo tidak butuh Gibran. Tapi Gibran yang butuh PDIP sebagai kendaraan untuk menjadi pemimpin,” tandas Kusumo. (dea/biz/rit)