JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Gunung Merapi mengeluarkan suara gemuruh disertai asap setinggi 5 kilometer dan getaran. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyampaikan Gunung Merapi mengalami letusan freatik.
“Letusan pukul 07.40, letusan freatik,” ujar Kasi Gunung Merapi BPPTKG Yogyakarta, Agus Budi Santoso, Jumat (11/5).
Ketinggian asap, lanjut Agus mencapai 5 kilometer. Letusan ini berpotensi hujan abu yang harus diwaspadai warga.
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida memastikan tidak ada awan panas atau ‘wedhus gembel’ saat letusan freatik di Gunung Merapi pagi ini. Menurutnya letusan freatik Merapi hanya mengeluarkan uap air dan debu vulkanik.
“Tidak ada awan panas (wedhus gembel), hanya uap air dan debu,” kata kata Hanik, Jumat (11/5).
Menurutnya, saat muncul kolom dengan ketinggian 5.500 meter di atas puncak Merapi, yang terangkat ke atas adalah uap air dan debu vulkanik. Setelahnya debu tersebut menyebar mengikuti arah angin.
“Itu lah mengapa tadi juga uapnya itu warnanya putih, karena yang dihembuskan adalah uap putih,” jelasnya.
Walaupun tidak ada wedhus gembel, namun masyarakat terutama yang tinggal di lereng Merapi tetap harus waspada. Oleh sebab itu, pihaknya meminta masyarakat tidak mendekati puncak dengan radius 2 km.
“Masyarakat tidak boleh beraktivitas di jarak 2 kilometer dari puncak. Kita merekomendasikan tidak ada aktivitas sejauh 2 kilometer dari puncak,” tegasnya.
Meski aktivitas Gunung Merapi sudah mulai normal dan tidak ada erupsi freatik susulan, namun tetap saja masyarakat di lereng Merapi dimintanya selalu siap siaga dengan segala kemungkinan.
“Karena kemungkinan (ke depan) masih ada (letusan freatik), sehingga akan selalu kita pantau,” pungkasnya.
Warga Boyolali mendengar gemuruh sebanyak 3 kali dari Gunung Merapi. Gemuruh tersebut disertai getaran dan asap berwarna putih yang membumbung tinggi.
“Gemuruhnya tiga kali, ada getaran tapi tidak lama,” ujar salah seorang warga Dukuh Mlambong, Desa Seruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Warno.
Warga yang terkejut langsung keluar dari rumahnya masing-masing dan mengamati Gunung Merapi dari tempat tinggalnya. Tidak ada kepanikan yang terpantau di daerah itu
Sementara itu di Kabupaten Klaten, ribuan warga di Kecamatan Kemalang, yang tinggal di kawasan lereng Gunung Merapi, Jumat (11/5) pagi, berbondong- bondong menyelamatkan diri. Tindakan tersebut dilakukan menyusul suara gemuruh dari erupsi freatik gunung yang membentang di Klaten, Magelang, Boyolali, dan Sleman itu.
“Hampir semua warga yang berada di KRB (Kawasan Rawan Bencana) III Merapi yakni Desa Balerante, Sidorejo dan Tegalmulyo turun gunung menyelamatkan diri. Karena letusan freatik yang mengepulkan asap putih itu dikira awan panas Wedhus Gembel,” kata Camat Kemalang, Sudiyono, saat ditemui di Balai Desa Balerante.
Dirinya yang bersama para perangkat desa sedang melakukan apel pagi sekitar pukul 07.30 WIB di kantor Kecamatan Kemalang lantas membentuk tim di KRB III untuk memastikan kondisi warga. Selain itu, tiga shelter pengungsian di Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan, Desa Menden, Kecamatan Kebonarum dan di Demak Ijo, Kecamatan Karangnongko sudah dipersiapkan untuk pengungsian.
“Tidak ada korban jiwa maupun material abu yang lari ke sini. Namun tanpa diinstruksi, kebanyakan turun menggunakan kendaraan pribadi. Mereka ada yang mengungsi di Balai Desa Balerante, Balai Desa Ngemplak Seneng (Manisrenggo), dan shelter Menden. Sedangkan truk-truk milik penambang setempat juga dikosongkan untuk berjaga-jaga mengevakuasi warga,” katanya.
Selang satu jam, pihaknya menerima kepastian dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Gunung Api (BPPTKG) Yogyakarta. Disebutkan bahwa erupsi yang sempat mengeluarkan asap putih setinggi 5.500 m itu tidak membahayakan. Warga diminta untuk kembali ke rumah masing- masing.
“Warga lanjut usia, ibu hamil dan sakit kita antarkan bergantian ke rumahnya dengan mobil dinas dan ambulans. Yang penting sekarang kondisi sudah kembali aman dan normal. Tapi kewaspadaan terhadap bencana erupsi tetap harus terjaga. Karena tak bisa dihindari, kita ini kan tiap hari hidup dan berdampingan dengan Merapi,” ujar Sudiyono.
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang, mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Merapi untuk tetap tenang menyusul terjadinya letusan freatik di gunung berapi tersebut.
Kasi Kedaruratan BPBD Kabupaten Magelang Didik Wahyu Nugroho di Magelang, Jumat, mengatakan sekitar pukul 07.40 WIB terjadi letusan freatik di Gunung Merapi yang menimbulkan hujan abu di sekitar Merapi.
“Berdasarkan keterangan warga, tadi sempat terjadi suara gemuruh dan beberapa waktu kemudian terjadi hujan abu. Namun, kami mengimbau warga untuk tetap tenang karena kondisinya sudah normal kembali,” katanya.
Ia mengatakan tim BPBD Kabupaten Magelang terjun langsung ke lapangan untuk menenangkan masyarakat.(aya/aji/ant/udi)