JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soehadi Prijonagoro Sragen terpaksa menampung 90 tenaga lepas untuk membantu pelayanan medis. Mereka diantaranya 47 tenaga sukarelawan dan 50 tenaga magang praktek yang membantu pelayanan tanpa mendapatkan upah bayaran. Melihat kondisi itu, RSUD Sragen sendiri berencana merekrut tenaga medis sekitar 160 orang.
Dirut RSUD Soehadi Prijanagoro, Sragen dr. Didik Haryanto mengatakan, saat ini kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat kurang. Beruntung dalam memaksimalkan pelayanan medis selama ini dibantu tim sukarelawan dan tenaga magang.
Untuk tim sukarelawan sendiri tidak mendapatkan gaji dalam membantu kinerja tim medis. Bahkan untuk tenaga magang praktek, untuk bisa ikut membantu pelayanan membayar melalui akedemik mereka.
“Untuk tim medis memang belum ideal, sehingga untuk tahun depan kita sudah rekrut tenaga baru baik medis maupun non medis. Saat ini aturan dalam rekruitmen pegawai baru ini sedang kami susun. Sedangkan untuk tenaga sukarelawan tetap mendaftar dan mengikuti proses ujian seperti pendaftar lain nantinya,” papar Didik Haryanto, Minggu kemarin.
Selain rencana penambahan tenaga medis, kata Dr Didik, RSUD Sragen juga menambah tenaga dokter seperti jantung, mata, bedah tulang dan spesialis kulit. Tidak hanya itu, selain tenaga kesehatan juga akan membangun gedung baru untuk fasilitas ruang VVIP, VIP dan poli eksekutif.
Pembangunan yang dimulai tahun depan itu, diangarkan Rp 40 miliar. Dengan dibangunnya fasilitas baru, pendapatan RUSD SRagen untuk tahun 2018 ditarget mencapai Rp 121 miliar. Untuk tahun 2017 sebesar Rp 111 miliar.
“Sedangkan layanan lain juga akan segera ditingkatkan seperti layanan BPJS maupun KIS dengan sistem android. Selain itu untuk pemberian resep juga akan menggunakan e-resep. Langkah itu untuk menghindari terjadinya antrian pasien,” jelas Didik Haryanto.
Anggota Komisi D DPRD Sragen Faturachman mendukung langkah yang diambil RSUD Sragen untuk rekruitmen tenaga baru. Karena selama ini untuk memaksimalkan layanan, terkendala terbatasnya jumlah tenaga medis. Apalagi sampai adan tim sukarelawan yang memang bekerja tanpa mendapatkan upah.
“Kami juga mengharapkan untuk layanan rawat jalan tidak sebatas pagi hari, tetapi juga bisa dilakukan siang maupun sore hari. Karena selama ini layanan rawat jalan hanya pagi hari, hingga terjadi banyak antrian. Setidaknya ada pembagian layanan itu, tidak terjadi antrian maupun penumpukan pasien yang ingin berobat,” tutur politisi PKB ini. (ars/mar)