JATENGPOS.CO.ID, UNGARAN–Film karya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sinematografi Universitas Ngudi Waluyo (UNW) Ungaran berhasil meraih Juara II lomba ISee Film Festival 2022 diadakan Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar, Bali.
Festival film terbuka untuk umum dan nasional ini mengambil tema “What Happend Surround Us”. Diikuti masyarakat seluruh Indonesia dengan total karya yang berhasil masuk seleksi dan menjadi peserta sebanyak 49 tim.
Dalam kompetisi ini mahasiswa UKM Sinematografi UNW menampilkan film berjudul “Rungokno Aku”. Merupakan karya orisinil yang diinisiasi tiga mahasiswa, diantaranya mahasiswa kembar Ray Taufiqy Sagala dan Raka Taufiqa Sagala.
“Kami persembahkan kemenangan ini untuk segenap civitas UNW. Film karya UKM Sinematografi UNW berhasil Juara 2 berbeda dengan Juara 2 yang juga kami dapatkan tahun lalu,” ujar Ray Taufiqy Sagala kepada Jateng Pos, kemarin.
Atas sukses diraih, Ray menuturkan proses lahirnya karya terbaik nasional tersebut, diawali mengumpulkan ide untuk memproduksi sebuah film. Setelah menyaring beberapa usulan dari rekan-rekan UKM, dirumuskan alur cerita yang pas dengan tema yang dilombakan.
“Kami sepakat mengambil tema yang cocok yakni tentang perselingkuhan, lantas kita wujudkan dalam film ‘Rungokno Aku’.” jelasnya.
Selanjutnya, UKM menggelar open-casting diikuti seluruh mahasiswa UNW. Setelah mendapatkan talent yang sesuai karakter dalam cerita, langsung menggarap film dan melakukan syuting.
“Sebenarnya kita syuting juga sekaligus latihan akting, jadi benar-benar kemampuan kita kembangkan secara natural. Semangat terus meski berkali-kali take dan mengulang adegan,” ulasnya.
Paling mengesankan, lanjut Ray, ada scene yang mengharuskan perjalanan bersama kru ke luar kota, diantaranya di Kota Salatiga. Itu pun tidak berjalan mulus, kadang ada perbedaan sudut pandang antarkru namun dapat diselesaikan dengan kesepakatan cepat.
“Setelah produksi dirasa cukup, kita langsung ke tahap post-produksi. Kita melakukan editing. Kita menggabungkan scene per scene, hari ke hari, tempat ke tempat, hingga percakapan kita gabungkan,” urainya.
Selesai proses editing, dilanjutkan membuat screening diikuti seluruh anggota Sinematografi UNW bersama Pembimbing dan Pembina Sinematografi UNW.
“Dari screening itu kita mendapatkan beberapa revisi, dan kita harus melakukan shoot ulang di esok harinya. Setelah shoot ulang, kita lanjut editing ulang. Setelah semuanya itu, kita adakan screening lagi,” lanjutnya.
Terakhir, lanjut Ray, setelah screening kedua tidak ada revisi ulang, tim yakin produksinya sempurna, dan submit film “Rungokno Aku” langsung dikirim ke panitia lomba.
Cerita paling mendebarkan, setelah melalui seleksi film “Rungokno Aku” dinyatakan lolos 10 Besar, dan esok harinya diumumkan masuk 8 besar.
“Saat diumumkan masuk 8 besar kami berangkat ke Denpasar, untuk mengikuti seleksi berikutnya. Ketika dalam perjalanan menuju Bali, kami mendapat pengumuman bahwa film kami lolos ke tahap 7 besar. Semakin semangat kita di perjalanan,” tuturnya.
Berkat dukungan dari teman-teman mahasiswa bersama pihak Yayasan dan Universitas Ngudi Waluyo, tim UKM semakin bersemangat mengikuti tahapan lomba. Hingga terakhir mengikuti presentasi film.
“Kita berdua (dengan Raka Taufiqa Sagala, red) melakukan presentasi, menjelaskan dari awal sampai akhir film “Rungokno Aku”. Dengan upaya maksimal dan doa kita semua haturkan kepada Allah SWT, akhirnya berhasil Juara 2,” tandasnya dengan haru. (muz/biz)