JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) makin agresif menjaring wisatawan Asia Tenggara. Negara yang disasar kali ini adalah Laos dan Myanmar. Goalnya, merealisasikan target 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) tahun 2018.
Strategi yang dilakukan Kemenpar, adalah Sales Mission 7 Destinasi Prioritas. Di Laos kegiatan ini digelar 22 Agustus. Sedangkan Myanmar 23 Agustus. Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara memimpin delegasi Wonderful Indonesia.
“Pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara semakin meningkat. Pangsa pasarnya sangat potensial. Terbukti sekitar 40 persen wisatawan Indonesia berasal dari wilayah Asia Tenggara. Ini yang ingin kami tingkatkan,” ungkap Ukus, Minggu (23/9).
Dijelaskannya, sales mission diharapkan mampu memberikan informasi mengenai destinasi di Indonesia. Terlebih lagi, Indonesia memiliki sejumlah destinasi top. Seperti Pulau Jawa yang menjadi Pulau Nomor 1. Pulau terbaik di Dunia. Pendekatan dengan Laos dan Myanmar juga tepat. Karena, sudah ada akses penerbangan langsung kesana.
“Kita mulai dari Table Top dulu sebelum promosi ke pelanggan. Karena mereka (agen perjalanan), bisa mempengaruhi klien mereka. Dengan biaya yang lebih murah, kita bertemu antara bisnis TO bisnis,” jelas Ukus.
Pertemuan bisnis ini dilaksanakan secara round robin (sellers meet buyers). Sehingga, semua sellers dapat bertemu dengan seluruh buyers yang hadir. Dalam kesempatan itu juga hadir tamu istimewa yakni Duta Besar RI untuk Laos, Pratito Soeharyo.
Sales mission Laos dan Myanmar, makin melengkapi eksplorasi Kemenpar di pasar Asia Tenggara. Sebelumnya, Kemenpar sudah menggali wisatawan di Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.
“Kelihatan, mereka berminat untuk mengunjungi semua destinasi di Indonesia. Karena, mereka belum begitu paham. Sebenarnya ini keuntungan juga untuk kita. Karena wisman pasti membutuhkan destinasi baru,” katanya.
Untuk menambah daya dobrak, tarian serta kuliner Indonesia turut diboyong. Sekaligus memberikan gambaran kekayaan alam dan budaya Indonesia.
“Ini sengaja kita sajikan. Kita ajak mereka untuk ikut mengeksplor kekayaan Indonesia. Termasuk kekayaan destinasinya,” ungkap Ukus.
Ukus mengakui, pasar Laos dan Myanmar belum sebesar negara-negara lain. Namun, secara kualitas, wisatawan keduanya memiliki daya beli yang cukup tinggi. Jumlah wisatawannya pun terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
“Laos misalnya. Pada tahun 2016 menyumbang 2.528 wisatawan ke Indonesia. Jumlah tersebut terkoreksi positif dengan torehan 3.915 wisatawan di tahun 2017. Target kita dapat menarik 4.100 wisatawan Laos tahun ini,” terang Ukus
Dengan program ini, impact terhadap pasarnya diyakini bakal sangat bagus. Prediksinya, kapasitas pintu masuk wisman akan menyebar lebih banyak ke destinasi lain. Sehingga wisman tidak menumpuk di segelintir destinasi saja.
“Pintu masuk wisman selama ini dari Bali 40 persen, Jakarta 30 persen, Batam-Bintan dan sekitarnya 20 persen, dan kota lainnya 10 persen. Jadi harus ada terobosan destinasi wisata baru dengan cepat karena kapasitas tiga pintu itu sudah terbatas, ” pungkas Ukus.
Sementara itu, Duta Besar RI untuk Laos, Pratito Soeharyo, menyampaikan, sepanjang 73 tahun usia negara Indonesia dan 61 tahun hubungan bilateral Indonesia-Laos terdapat banyak kemajuan. Namun demikian masih terdapat ruang pengembangan lebih lanjut , khususnya dibidang kerjasama kebudayaan serta pariwisata.
“Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama di luar negeri termasuk di Laos. Dimana tentunya akan memberikan manfaat bagi kedua negara dan dapat meningkatkan neraca perdagangan dan ekonomi bilateral,” ujar Pratito.
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, strategi promosi Wonderful Indonesia memang melalui tiga hal, yaitu BAS. Atau Branding, advertising, dan selling. Sales Mission ini adalah bagian dari selling, selain fam trip yang selalu digelar oleh Kemenpar.