JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Memiliki niat mulia membantu anak-anak berkebutuhan khusus atau retradasi mental, Widi Jayalaksana bersama teman-temannya membuat Sanggar Swadaya pengembangan potensi anak-anak berkebutuhan khusus Samsonsclan. Yang menarik, selain membantu anak-anak ini dengan teknik khusus, Widi juga menggunakan anjing sebagai sarana untuk membantunya mengajar anak-anak ini. Bukan sembarang anjing yang digunakan Widi untuk membantunya, namun anjing jenis pit bull. Meski demikian, lima ekor anjing pit bull dan seekor anjing beagle miliknya, sudah menjalani pelatihan sehingga sangat jinak meski disakiti sekalipun oleh anak-anak.
Diceritakan oleh Widi bahwa dahulu basicnya adalah pelatih anjing, sampai akhirnya bertemu dengan sebuah yayasan di Surabaya yang menangani pembelaan terhadap anak-anak. Saat itu, pihak yayasan menanyakan apakah anjing-anjing miliknya bisa digunakan untuk membantu terapi terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Karena memang sudah lolos berbagai macam ujian termasuk temperamen, maka Widi menyanggupi untuk membantu pihak yayasan.
“Untuk awalnya ada sembilan anak yang menjalani terapi, ternyata mereka mengalami perubahan yang signifikan. Mulai dari anak yang kesulitan berbicara, hingga anak-anak yang kesulitan berjalan atau bahkan mengambil sesuatu barang, mengalami perubahan yang menggembirakan. Mereka mulai berbicara, berjalan sendiri, mengambil sesuatu sendiri, dan mulai belajar mandiri. Sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan oleh anak-anak ini,” jelas Widi yang membuka Samsonclan di Gombel Permai IX no 299A Semarang ini.
Adapun peran anjing-anjing pit bull miliknya sebenarnya tidaklah banyak, anjing-anjing dengan berat antara 20 kg hingga 40 kg ini hanya duduk diam di sekitar anak-anak tersebut. Sembari bermain, anak-anak ini tanpa rasa takut terkadang tiduran di perut anjing atau bahkan menarik-narik kuping anjing-anjing ini. Jika sudah merasa kesakitan, si anjing memilih untuk pergi meninggalkan anak tersebut.
“Anjing-anjing ini sudah dilatih untuk menahan rasa sakit, sehingga meski disakiti mereka tidak akan menyerang dan memilih untuk pergi,” imbuh Widi yang ditemani Lia dan Asti didalam melakukan terapi.
Bahkan saking terlatihnya, anjing terbesar yang bernama Samson terkadang dapat disuruh berbelanja di warung terdekat tanpa membahayakan siapapun, bahkan kucing milik tetangga.
Tentang terapi yang mereka berikan, Widi mengaku tidak memiliki ilmu psikologi. Dirinya hanya berusaha ‘memaksa’ anak-anak ini untuk bisa melakukan semuanya sendiri.
“Kami bertiga tidak ada dasar ilmu psikologis, kami hanya ingin memberikan yang terbaik buat mereka. Sebisa mungkin kami tidak memanjakan anak tapi memberikan pendidikan dengan ketegasan dan sikap hati yang benar. Tegas bukan berarti galak, karena bagaimana caranya menegur tanpa emosi. Karena anak-anak ini lebih peka dalam segala hal.
Meski demikian, kesulitan bukannya tidak menerpa samsonclan, sejak awal November mereka harus berjalan sendiri karena lepas dari yayasan. Sehingga untuk biaya operasional mereka sangat membutuhkan donatur. Sebab untuk biaya pemeliharaan anjing- anjing ini saja dibutuhakan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi harus membayar biaya-biaya lainnya.
“Sebenarnya kita menginginkan agar biaya terapi tetap gratis seperti sebelumnya. Namun dengan kondisi seperti sekarang ini kita memang sangat membutuhkan donatur,” harap Widi.
Sementara itu Yoyok ayah dari Samuel (8) yang kebetulan menjalani terapi di tempat tersebut mengaku sangat senang saat anaknya mengalami kemajuan yang cukup bagus. Samuel yang saat dalam kandungan terkena virus sejenis rubella tidak bisa berjalan dan berbicara hingga umur 2,5 tahun.
“Setelah menjalani terapi disini, jalannya sudah stabil dan tidak sempoyongan lagi. Saya ingin dia bisa mandiri seperti anak-anak lainnya,” pungkas Yoyok. (adi/udi)