Satu Lagi Anak Gagal Ginjal Misterius Meninggal, Kemenkes Setop Obat Sirup

PELAYANAN : Petugas kesehatan tengah memeriksa kesehatan gigi untuk anak dalam kegiatan sosial “ Outing PDGI “ di area Car Free Day Jalan Pahlawan, Semaranng. Foto: DWI SAMBODO/JATENG POS.
ILUSTRASI. Perawatan medis diberikan kepada anak-anak. FOTO:DOK/JATENGPOS

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG– Kementerian Kesehatan RI mengimbau agar penggunaan dan penjualan obat dalam bentuk cair atau sirup disetop untuk sementara waktu. Menyusul adanya temuan 206 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Indonesia.

Juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril menyarankan untuk menggunakan obat dalam bentuk lain sebagai alternatif jika anak mengalami demam atau sakit lainnya. Imbauan itu disampaikan melalui surat edaran nomor SR.01.05/III/3461/2022.

“Kementerian Kesehatan mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk melakukan pengobatan anak sementara ini tidak mengkonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirup tanpa berkonsultasi pada tenaga kesehatan, termasuk dokter,” jelas dr Syahril dalam konferensi pers, Rabu (19/10/2022).

“Sebagai alternatif, dapat menggunakan dapat menggunakan obat dalam bentuk sediaan lain, seperti tablet, kapsul, suppositoria (obat dimasukan dubur, red), atau lainnya,” lanjutnya.

Selain itu, dr Syahril juga meminta agar para orang tua mewaspadai gejala-gejala gagal ginjal akut yang muncul pada anak-anak. Misalnya mengalami penurunan jumlah atau volume urine dan frekuensi buang air kecil.

Selain itu, seluruh apotek juga diimbau untuk menyetop penjualan obat dalam bentuk cair tersebut.

“Tenaga Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup sampai dilakukan pengumuman resmi dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,” demikian penegasan Kemenkes RI dalam keterangan tertulis, Rabu (19/10/2022).

“Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah,”.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Yunita Dyah Suminar akan mengedarkan imbauan untuk membatasi obat sirup penurun demam sebagai pencegahan penyakit gagal ginjal misterius pada anak. Saat ini pihaknya masih berkoordinasi dengan Kemenkes terkait penanganan gagal ginjal misterius itu.

“Kami akan segera memberikan edaran. Ini lagi berlangsung zoom dengan Kementerian Kesehatan terkait sistem penanganannya, pencegahannya, pelaporannya, supaya nanti masyarakat juga tidak takut tentang ini,” kata Yunita saat dihubungi, Rabu (19/10/2022).

Menurutnya, imbauan itu dilakukan untuk membatasi peredaran sirup obat terkait maraknya kasus gagal ginjal akut misterius anak. Namun, penggunaan obat sirup masih diperbolehkan dengan resep dokter.

“Artinya harus dikonsultasikan betul dengan dokter, jadi kan apotek kan suka menjual obat bebas, bebas tanpa resep dokter. Jadi maksudnya yang dimaksud adalah kalaupun diberikan sirup, itu harus dengan resep dokter berkonsultasi dengan dokter,” jelasnya.

Terkait tindak lanjutnya, ia masih akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota. Menurutnya, imbauan ini merupakan langkah pencegahan mengingat penyebab dari gagal ginjal akut misterius itu belum diketahui.

“Kementerian ini kan dalam rangka pencegahan lebih bagus untuk tidak mengonsumsi dulu atau tidak dijual dulu, di-keep dulu sambil melihat perkembangan kasus ini,” tandasnya.

Kabar menyedihkan dari RSUP Dr Sardjito Yogyakarta, Rabu (19/10/2022). Satu lagi pasien anak yang terdeteksi mengalami gagal ginjal akut misterius meninggal di RSUP Dr Sardjito. Hingga saat ini di Yogyakarta tercatat total ada 6 orang anak yang meninggal akibat gagal ginjal akut.

“Hari ini ada satu pasien meninggal usianya 4 tahun, asalnya dari Ngawi (Jawa Timur, red),” kata dokter spesialis anak RSUP Dr Sardjito, dr Kristia Hermawan saat jumpa pers, Rabu (19/10/2022).

Ia menjelaskan pasien anak itu meninggal setelah 5 hari menjalani perawatan di Sardjito. Sebelumnya, pasien itu dirawat di RSUD Dr Moewardi sebelum akhirnya dirujuk.

“Lima hari dirawat di sini. Pasien ini rujukan dari RS Moewardi. Dirujuk di sini hari Jumat. Tadi (kemarin, red) pagi jam 9 atau 10,” kata Kristia.

Ia menjelaskan 6 anak meninggal akibat gagal ginjal akut itu dua berasal dari Bantul, satu Sleman. Kemudian dari luar Jogja yakni dari Temanggung, Ngawi dan Slawi. “Yang sudah kami rawat sejak Januari ada 13 kasus. Di mana sampai saat ini ada 6 kasus yang meninggal,” jelasnya. (dtc/dbs/muz)