JATENGPOS.CO.ID-Sekolah merupakan jenjang pendidikan formal, terlebih untuk sekolah dasar yang memiliki peranan penting akan pembentukkan karakter siswa. Begitu dengan amanah yang di emban oleh para pendidik di SD N Jomblang 3 Semarang. Banyaknya sifat siswa dengan latar belakang yang berbeda-beda, menekadkan sekolah ini untuk membentuk karakter siswa/i nya menjadi karakter yang peduli terhadap sekitar.
Dimulai dengan program kurikulum merdeka (P5) Projek Penguatan Profil Pancasila yang bertujuan menanamkan nilai-nilai Pancasila pada siswanya, SD Negeri 3 Jomblang melakukan pembiasaan rutin setiap minggunya. Kegiatan tersebut dilakukan dengan terstruktur, dimulai pada hari Senin dilakukan upacara bendera atau apel pagi, Selasa diadakan bimbingan rohani, Rabu diadakan kegiatan pendidikan karakter, Kamis diadakan penguatan literasi bahasa Jawa, dan Jumat diadakan kegiatan Jumat sehat yang diisi dengan senam atau jalan sehat. Pembiasaan rutin lainnya adalah melakukan sholat dhuhur berjamaah pada hari Selasa dan Kamis.
Hal menarik dalam pembiasaan rutin ini adalah pada hari Jumat di minggu keempat yang rutin diadakan program Pedoman Gizi Seimbang atau PGS. Program ini begitu menarik, karena melatih siswa untuk peka terhadap makanan yang akan dimakan, begitupun dengan gizi yang ada dalam makanan. Program ini mewajibkan siswa untuk membawa bekal dengan memperhatikan gizi seimbang dalam takaran ‘piringku’.
Bakdiah, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Jomblang 3 mempunyai harapan pada program PGS ini menjadi kesadaran tertentu untuk siswa dan orang tua dalam memperhatikan gizi seimbang, sehingga siswa dapat menjadi pribadi yang lebih teliti dan peduli.
PGS ini tidak hanya seputar piringku saja, namun dalam program ini juga terdapat siswa yang bertugas dan dinamai ‘Detektif Pangan’. Seorang detektif pangan ini bertugas mengawasi makanan teman-temannya. Detektif pangan yang ditugaskan akan mengenakan rompi berwarna putih. Siswa-siswi yang dipilih menjadi detektif pangan sebelumnya akan mengikuti pelatihan dari Dinas Ketahanan Pangan.
Detektif pangan akan memeriksa bekal satu persatu siswa-siswi lain untuk mengetahui apakah bekal yang dibawa sudah sesuai “isi piringku”, yakni terdiri dari sayur, buah, karbohidrat, dan protein. Tidak hanya itu, siswa yang bertugas ini juga berusaha mengedukasi teman-temannya agar mengonsumsi makanan sehat yang sesuai dengan teori penyusunan B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman). Para guru wali kelas juga turut andil dalam kegiatan detektif pangan ini, “Nanti dari pihak sekolah akan menghubungi wali murid kalau ada anak yang membawa bekal misal lauknya mie instan,” ujar Bakdiyah. Apabila ada siswa-siswi wali kelasnya yang membawa bekal tidak memenuhi standar “isi piringku”, maka guru wali kelas akan menghubungi orang tua siswa-siswi yang bersangkutan. Teguran tersebut dilakukan agar anak mendapat gizi seimbang yang dibutuhkan dalam masa pertumbuhan. Bakdiyah S.Pd mengungkapkan bahwa hal ini mendapat respon yang positif dari para orang tua, “Alhamdulillah, responnya baik karena kami menyampaikan dengan bahasa yang baik”. (Ega Ratu-Fadhila Rahma)