JATENGPOS.CO.ID-SD Negeri Tembalang terus menguatkan implementasi program Adiwiyata sebagai bagian dari upaya pembentukan karakter peduli lingkungan di kalangan siswa. Sekolah ini telah mencapai level nasional dalam program Adiwiyata, menjadikan nilai-nilai cinta lingkungan tidak hanya sebagai kegiatan tambahan, tetapi terintegrasi dalam seluruh aspek sekolah, termasuk pembelajaran.

Program Adiwiyata di sekolah ini dilaksanakan secara sistematis melalui tiga tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, sekolah menyusun kurikulum dan merancang Pembelajaran Berbasis Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS). Tahap pelaksanaan mencakup berbagai kegiatan seperti konservasi air dan energi, penanaman dan pemeliharaan tanaman, sanitasi, serta pengelolaan drainase. Tahap evaluasi dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Nomor 52 dan 53 Tahun 2019.
Guru Kelas 6 SD Negeri Tembalang, Haryanto, S.Pd, menjelaskan bahwa program ini penting untuk membangun kesadaran lingkungan sejak dini. “Isu-isu lingkungan seperti pemanasan global dan perilaku manusia yang tidak peduli terhadap lingkungan menjadi alasan utama pentingnya integrasi nilai Adiwiyata dalam pembelajaran,” jelasnya.
Keterlibatan seluruh warga sekolah menjadi bagian penting dalam mewujudkan budaya peduli lingkungan di SD Negeri Tembalang. Kepala sekolah, guru, siswa, hingga orang tua memiliki peran masing-masing dalam mendukung program Adiwiyata. Dalam keseharian, siswa dibiasakan menjaga kebersihan kelas, menghemat energi, serta menggunakan air secara bijak. Upaya pengurangan sampah juga diterapkan secara konsisten di lingkungan kantin, tidak ada penggunaan plastik, dan botol-botol bekas air mineral dikelola secara ekonomis, baik dengan diuraikan maupun dijual kembali. Berbagai kebiasaan ini dijalankan sebagai bagian dari pembiasaan yang terintegrasi dengan nilai-nilai lingkungan hidup.
Selain berdampak pada perilaku, program ini juga membawa perubahan nyata pada kondisi lingkungan sekolah. “Dulu, sekitar tahun 2010, sekolah ini sangat kering. Tidak ada taman, bahkan sumur pun kering saat kemarau. Sekarang, sekolah menjadi lebih hijau, asri, dan nyaman,” tutur Haryanto.

Upaya yang dilakukan sekolah antara lain penanaman pohon dan pembuatan lubang resapan air di beberapa titik untuk menahan air hujan agar tidak langsung mengalir ke luar lingkungan sekolah. Saat ini, terdapat sekitar 1.400 tanaman, termasuk pohon kecil, yang menjadi sumber pembelajaran bagi siswa.
Integrasi nilai Adiwiyata dalam pembelajaran juga dilakukan secara aktif. Buku-buku pelajaran telah memuat materi terkait lingkungan, dan guru menyesuaikan modul ajar dengan potensi lingkungan sekitar. “Pembelajaran tidak hanya dilakukan di dalam kelas. Anak-anak sering belajar di taman, membuat grafik pohon dalam pelajaran matematika, menggambar tanaman untuk pelajaran seni, hingga membuat cerita bertema lingkungan di pelajaran Bahasa Indonesia,” jelasnya.
Sekolah juga kerap melakukan kegiatan di luar sekolah seperti kunjungan ke waduk Undip atau sawah sekitar untuk mengamati ekosistem langsung di lapangan. Dampaknya tidak hanya dirasakan di sekolah, tapi juga oleh masyarakat sekitar.

Sebagai sekolah Adiwiyata Nasional, SD Negeri Tembalang menjadi rujukan sekolah lain yang ingin belajar dan mengembangkan program serupa. Menurut Haryanto, pencapaian ini bukan sekadar penghargaan, melainkan bentuk tanggung jawab dalam membentuk generasi bangsa yang mencintai lingkungan. “Program Adiwiyata adalah proses jangka panjang. Tidak bisa hanya dilakukan sekali dua kali. Sekolah harus terus konsisten dan melibatkan seluruh pihak,” pungkasnya. (Rizka/Dina)