26.9 C
Semarang
Rabu, 27 Agustus 2025

Berawal dari Coba-coba, Suharto Warga Nyatnyono Sukses Produksi Intip Beromset Puluhan Juta

Kegagalan menggeluti usaha kripik singkong tidak menyurutkan semangat Suharto (54) untuk bereksperimen beralih membuka usaha yang lain. Awalnya coba-coba membuat camilan dari bahan kerak nasi yang gosong, Suhartono kini sukses menjadi pengusaha intip goreng dengan omset setiap bulan mencapai puluhan juta.

Wiraswastawan tinggal di Dusun krajan RT 03 RW 04 Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang ini dikenal sebagai pelopor pembuat intip di desanya. Berkat intip, Suharto berhasil menamatkan dua putranya hingga sarjana di Pondok Pesatren di Jawa Timur, dan kini masih membiayai 1 putranya yang masih menempuh pendidikan di pesantren.

“Alhamdulillah mungkin sudah menjadi rezeki saya dari intip goreng. Dulu awalnya dari coba-coba membuat intip. Belajar secara otodidak, tidak pernah meniru dari orang lain,” ujar bapak 5 orang anak ini kepada Jateng Pos, kemarin.

Kisah sukses menjadi pengusaha intip, diceritakan Suharto, diawali keterampilannya membuat kripik singkong (ceriping, red) yang sudah bertahun-tahun digeluti. Sejauh itu ia belum pernah merasakan usahanya berkembang.

Bahkan, lambat laun kalah bersaing dengan produk kripik yang lain seperti kripik tempe, aneka peyek, dan kripik sayur. Dari kegagalan itu ia terus memutar otak untuk membuat camilan lain yang khas dan disukai masyarakat.

Baca juga:  Bupati Semarang Kebut Penyaluran CBP Petani Terdampak Genangan Rawa Pening

“Kemudian saya melihat di pasar kok banyak yang mencari intip goreng dari Solo. Saya pikir kenapa tidak bikin intip sendiri, masak untuk membeli harus jauh-jauh ke Solo. Pokoknya saya harus bisa membuat intip goreng,” tuturnya.

Suharto sangat tertarik membuat intip dengan analogi, masyarakat sekarang kesulitan mendapatkan intip. Dulu mudah sekali karena menanak nasi masih memakai panci dan kayu bakar. Zaman sudah berubah, memasak nasi beralih pakai magicom dan listrik, praktis tidak dapat menghasilkan intip.

“Dari situ saya mantap membuat intip mulai tahun 2012. Saya coba dan coba terus untuk menghasilan intip yang renyah dan gurih. Baru tiga tahun kemudian (tahun 2015, red) intip saya mulai ramai diterima di pasaran. Resep kemudian saya patenkan sampai sekarang,” tandasnya.

Berkat ketekunan tersebut Suharto saat ini memiliki 5 orang pekerja. Setiap hari berproduksi untuk melayani pelanggan dan pembeli yang datang langsung ke rumahnya. Model pemasaran seperti ini baginya sangat menguntungkan, tidak perlu lagi ngider ke pasar atau menyetok di toko-toko.

Baca juga:  Bupati Semarang Simpati Relawan Lintas Komunitas Gelar 'Charity for Cianjur'

“Pemasaran cukup dari pelanggan, mereka yang menjualkan intip ke toko dan pasar-pasar. Alhamdulillah sudah lebih dari cukup, saya bersyukur setiap hari bisa produksi intip,” akunya.

Di pasaran intip Suharto dikemas ukuran sedang dengan mengandalkan cita rasa original. Menurutnya kalau diberi gula atau sessioning rasa intip tidak lagi khas. Sejak dulu mempertahankan originalitas intip tanpa rasa yang lain. Produksi setiap hari rata-rata sebanyak 360 bungkus ukuran sedang.

“Kemasan rata-rata ukuran sedang sesuai pesanan pelanggan. Kalau omset dihitung sebulan rata-rata sekitar Rp 30 juta,” terangnya.

Diketahui, Desa Nyatnyono merupakan sentra pembuatan intip. Keberadaan lokasi wisata religi Waliullah Hasan Munadi tidak pernah sepi peziarah sangat menunjang pemasaran camilan rakyat ini. Saat ini ada 15 keluarga yang menekuni usaha pembuatan intip. (muz)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya