JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG- Di tengah meningkatnya kasus penyakit kronis tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi, masyarakat perlu semakin menyadari pentingnya pencegahan dan pengelolaan kesehatan sejak dini. Gaya hidup modern yang cenderung serba cepat sering membuat masyarakat kurang memperhatikan pola makan, jarang berolahraga, serta masih ada kebiasaan merokok yang menambah risiko kesehatan.
Situasi ini juga dialami oleh warga RW XI Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang. Walaupun Posbindu Integrasi Layanan Primer (ILP) sudah tersedia di lingkungan tersebut, keberadaannya belum berjalan optimal. Kader Posbindu masih mengalami keterbatasan dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan pemanfaatan teknologi, sementara kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin masih rendah.
Berangkat dari kondisi ini, Universitas Ngudi Waluyo (UNW) melalui Tim Pengabdian kepada Masyarakat yang diketuai oleh Dr. Priyanto bersama para dosen, yaitu Untari, M.Gz, Dr. Ummu Muntamah, dan Ade Pratama, M.Kom, serta melibatkan mahasiswa Mufidatun Qothrun Nada, Salma Nadia, dan Afni Nadya Ramadhani, menggagas sebuah program pengabdian. Program ini bertemakan “Pencegahan dan Pengelolaan Penyakit Kronis melalui Pemberdayaan Posbindu Integrasi Layanan Primer di RW XI Kelurahan Pudakpayung, Kota Semarang”.
Pelaksanaannya didukung penuh oleh hibah PKM dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) tahun 2025, serta melibatkan mitra utama yaitu Ketua ILP Tetty (Tri Nuryati), Ketua RW XI Soelistijo, SE, Akt., para kader Posbindu, dan ibu-ibu PKK.
Program ini disusun secara komprehensif dengan tujuan utama memberdayakan kader Posbindu dan masyarakat dalam mencegah serta mengelola penyakit kronis. Salah satu masalah pokok yang teridentifikasi adalah belum optimalnya fungsi Posbindu sebagai sarana deteksi dini dan edukasi. Kader belum sepenuhnya terlatih dalam melakukan skrining penyakit kronis, pencatatan masih dilakukan secara manual, dan belum ada materi edukasi yang terstruktur.
Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap faktor risiko penyakit kronis masih rendah. Sebagian besar warga belum memahami pentingnya menjaga pola makan, mengurangi stres, dan meningkatkan aktivitas fisik. Masalah lain yang tidak kalah penting adalah kurangnya pemahaman dalam penyediaan makanan tambahan sehat untuk mendukung pencegahan dan pengelolaan penyakit kronis.
Untuk menjawab persoalan tersebut, Tim PKM UNW merancang serangkaian kegiatan. Pertama, penguatan manajemen Posbindu melalui penerapan pencatatan berbasis digital yang lebih mudah dan akurat, pelatihan skrining dasar seperti pengukuran tekanan darah, kolesterol, asam urat, hemoglobin dan gula darah, serta penyusunan modul panduan kader.
Kedua, peningkatan pengetahuan masyarakat dilakukan melalui penyuluhan berbasis media visual dan digital, pembuatan poster, leaflet, dan video edukasi singkat, serta pembentukan kelompok duta kesehatan RW dari kalangan pemuda dan PKK. Ketiga, pengembangan inovasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) sehat berbasis pangan lokal, dengan menu yang disesuaikan untuk penderita hipertensi dan diabetes. Inovasi ini dikemas dalam bentuk PMT Smart Station yang memanfaatkan teknologi sederhana untuk perencanaan menu dan pemantauan asupan gizi.
Tahapan pelaksanaan kegiatan dimulai dengan identifikasi kebutuhan edukasi masyarakat pada bulan Juni 2025, melalui survei singkat dan diskusi kelompok terarah. Selanjutnya, materi pelatihan disusun secara kontekstual dan mudah dipahami, kemudian diperkuat dengan media edukasi digital. Pada awal Agustus, kader Posbindu mengikuti pelatihan manajemen layanan dengan sistem dokumentasi digital.
Pertengahan Agustus, dilanjutkan dengan pelatihan penggunaan media digital untuk penyuluhan, serta pelatihan khusus bagi kader dan ibu-ibu PKK dalam penyediaan PMT Smart Station. Tim PKM juga melakukan pendampingan langsung dalam pelaksanaan layanan Posbindu pada tanggal 23 Agustus dan 13 September 2025.
Seluruh rangkaian kegiatan diakhiri dengan evaluasi pada 20 September 2025, yang dilakukan melalui pengukuran peningkatan pengetahuan masyarakat, analisis data hasil skrining, serta diskusi tindak lanjut bersama kader dan pengurus RW.
Dari kegiatan ini, ditargetkan 80 persen kader mampu melakukan skrining dasar secara mandiri, pengetahuan masyarakat meningkat lebih dari 30 persen, serta partisipasi warga dalam kegiatan Posbindu meningkat hingga 50 persen. Selain itu, diharapkan tersedia lima menu PMT sehat berbasis pangan lokal yang dapat digunakan secara rutin, serta terbentuk kelompok duta kesehatan RW yang aktif melakukan kampanye hidup sehat.
Hasil survei awal menunjukkan kurang dari separuh kader mengetahui cara membaca hasil pengukuran tekanan darah dan gula darah, sementara sebagian besar pencatatan masih manual. Namun, setelah mendapat pelatihan, diharapkan kader mampu lebih percaya diri dalam memberikan layanan.
Program ini tidak hanya berdampak pada masyarakat Pudakpayung, tetapi juga memiliki relevansi dengan agenda nasional dan global. Kegiatan ini mendukung Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) 2017–2045 bidang kesehatan, serta sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 3 tentang kesehatan yang baik dan kesejahteraan, serta poin 2 tentang penghapusan kelaparan. Program ini juga menjadi wujud nyata kontribusi perguruan tinggi dalam pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU).
Mahasiswa mendapat pengalaman nyata di luar kampus, belajar menerapkan teknologi informasi dalam edukasi kesehatan, serta berinteraksi langsung dengan masyarakat. Dosen juga turut berkegiatan di luar kampus, memberikan pelatihan, pendampingan, dan bimbingan kepada kader Posbindu.
Komitmen bersama antara Universitas Ngudi Waluyo, pengurus RW XI, kader Posbindu, dan masyarakat sangat kuat. Dr. Priyanto menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang menuju “Pudakpayung Bebas Penyakit Kronis”.
“Keberadaan program ini menjadi dorongan besar bagi warganya untuk lebih peduli terhadap kesehatan,” ujar Ketua RW XI, Soelistijo, SE, Akt.
Sementara itu, Ketua ILP, Tri Nuryati, menilai bahwa penggunaan teknologi digital yang diperkenalkan dalam program ini sangat membantu kader dalam mendokumentasikan data kesehatan dan menyampaikan edukasi kepada masyarakat dengan cara yang lebih menarik.
Dengan dukungan hibah PKM DPPM 2025, program pengabdian ini menjadi titik awal yang strategis untuk mewujudkan Kota Semarang Bebas Penyakit Kronis. Program ini tidak hanya meningkatkan kapasitas kader Posbindu dan partisipasi masyarakat, tetapi juga menghadirkan model pemberdayaan kesehatan berbasis komunitas yang dapat direplikasi di wilayah lain. Lebih jauh, kegiatan ini membangun kesadaran bahwa pencegahan penyakit kronis harus dimulai dari keluarga dan komunitas terkecil.
UNW melalui Tim PKM berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat, memperkuat jejaring kerja sama dengan Puskesmas, RW, dan lembaga terkait, serta menyiapkan panduan kegiatan agar program dapat dijalankan secara berkelanjutan. Dari RW XI Pudakpayung, diharapkan akan lahir inspirasi besar menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan produktif.
Dengan langkah nyata yang dimulai dari komunitas kecil, cita-cita besar menuju Indonesia Sehat 2045 dapat terwujud. Pudakpayung kini menegaskan diri sebagai pionir dalam gerakan pencegahan penyakit kronis, dengan semangat kebersamaan, inovasi teknologi, dan pemberdayaan masyarakat. Inilah kontribusi perguruan tinggi bagi bangsa, mewujudkan kesehatan yang merata, berkelanjutan, dan berpihak pada masyarakat. (muz)