JATENGPOS.CO.ID. SEMARANG- Masyarakat Kabupaten Demak khususnya di wilayah Desa Sayung selama ini cukup menderita dengan adanya musibah rob. Mengatasi permasalahan itu pemerintah telah merencanakan membangun tanggul rob akan tetapi rencana itu kandas.
Berdasarkan sosialisasi Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan PSDA Jateng semula rencana pemerintah akan membangun tanggul rob untuk mengatasi permasahalan banjir rob di wilayah Sayung, namun rencana itu dibatalkan.
Pembatalan itu, karena pemerintah akan merealisaikan pembangunan tol Semarang-Demak yang miliki multifungsi yakni adanya tanggul laut selain untuk meningkatkan konektivitas, juga berfungsi sebagai pengendalian banjir rob.
Dengan adanya fungsi kolam retensi, tanggul laut, serta pengembangan area di sekitar tol, diharapkan kawasan tersebut yang sebelumnya sering terendam banjir menjadi kering, akan tetapi proyek tersebut baru akan rampung 2024, artinya masyarakat Sayung dan sekitarnya harus menunggu kurang lebih 4 tahun lagi untuk mengakhiri penderitaan karena rob.
Hingga saat ini sebanyak 11 desa di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak wilayahnya masih tergenang banjir rob, yang semakin memburuk dan mengakibatkan akitivitas warga terhambat, bahkan saat musim hujan genangan banjir semakin tinggi dan menyebakan aktivitas warga terhenti total.
Pengamat Permasalahan Banjir, Prof Dr Ir Imam Wahyudi, DEA yang juga sebagai Kepala Pasca Sarjana Falkutas Teknik (FT) Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang mengatakan kondisi rob Sayung memang cukup parah. Hal itu terjadi karena adanya penurunan permukaan tanah.
“Sayung memang menjadi perhatian banyak pihak dan mengharapkan pemerintah bisa segera memberikan tindakan darurat, sebelumnya pembangunan tol laut rampung agar masyarakat di wilayah itu bisa tinggal dan bekerja nyaman,“ ujarnya Senin (9/8/2021) di kantornya.
Menurutnya, wilayah Sayung tidak hanya dihadapkan dengan permasalahan banjir rob maupun banjir akibat tingginya curah hujan, namun adanya penurunan permukaan tanah, hingga warga di daerah itu secara rutin melakukan meninggikan dasar rumah hunian, agar terhindar dari banjir rob yang terus meluas setiap tahun dan menghantui masyarakat.
“Selain penurunan permukaan tanah dengan kedalaman subsidensi bervariasi per tahun, juga memicu perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang semakin memprihatinkan,“ tutur Imam.
Menanggapi prediksi dan ancaman pantura Jateng tenggelam, Gubernur Ganjar Pranowo secara terpisah menyebut sudah melakukan kajian untuk merumuskan solusi. Dia menyebut sudah ada kajian soal tenggelamnya ketiga daerahnya itu.
Menurutnya, hal yang harus dilakukan ialah bersama-sama menjaga lingkungan. Sementara pemerintah harus disiplin dalam memberikan izin penggunaan lahan sesuai fungsinya.
“Kajiannya sudah ada. Akan tenggelam kalau semua tidak menjaga lingkungan, maka tata ruang harus dikendalikan, penanaman dilakukan. Sehingga kalau kita mau memanfaatkan ruang itu harus betul-betul disiplin ” kata Ganjar.
Guna mengatasi banjir rob yang mengancam menenggelamkan daratan, Pemprov Jateng membangun tanggul laut di Pekalongan pada 2017. Tanggul ini dibangun atas kerja sama dengan Dewan Perairan Belanda untuk mengatasi rob.
Selain itu, Pemprov Jateng juga membangun Tol Semarang-Demak yang sekaligus berfungsi sebagai tanggul penahan rob. Proyek infrastruktur yang menelan investasi sampai Rp15 triliun lebih itu ditarget rampung pada 2024.
Meski demikian, tambah Ganjar proyek tanggul lut bukanlah satu-satunya cara untuk menanggulangi rob. Penanganan rob perlu dibarengi dengan penghijauan pantai lewat penanaman mangrove untuk mencegah abrasi.(akh/muz)