spot_img
32.4 C
Semarang
Jumat, 27 Juni 2025
spot_img

HUT 278 Sragen: Pengentasan Kemiskinan Masih jadi Tantangan Berat

JATENGPOS. CO. ID, SRAGEN – Hari Jadi Kabupaten Sragen ke 278 ini menjadi yang terakhir di Kepemimpinan Bupati Kusdinar Untung Yuni Sukowati. Lantas tantangan terbesar selama 2 periode menjabat yakni persoalan pengentasan kemiskinan. Lantaran butuh biaya besar dan tidak pernah benar-benar tuntas.

Hari jadi Sragen diperingati pada Senin (27/5) ini dengan sejumlah kegiatan. Mulai upacara, karnaval hingga konser musik yang menampilkan penyanyi Judika. Lantas pada malam sebelumnya digelar malam tirakatan di Petilasan Krikilan.

Namun tetap ada evaluasi yang dilakukan oleh Bupati Yuni. Selama 2 periode memimpin kabupaten Sragen, Yuni menyampaikan yang paling utama harus dilakukan yakni penurunan angka kemiskinan. Kabupaten Sragen untuk wilayah di eks karisidenan Surakarta terbilang paling tinggi.

”Kami sejak periode pertama terus berupaya, turunnya cukup siginifikan. Lantas kembali dihantam pandemi. Jadi untuk pemimpin berikutnya kemiskinan masih menjadi PR, tetap menjadi prioritas utama menanggulangi kemiskinan,” terang Yuni usai tasyakuran Kepemimpinan Bupati Sragen.

Dia mengakui sudah ada beberapa sistem untuk pengentasan kemiskinan. Berdasarkan survey manual yang lebih dekat, misalnya data dari tingkat RT akan lebih akurat. Namun saat ini yang digunakan tetap sampling dari Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai patokan untuk penetapan kebijakan.

Baca juga:  Warga Mangunharjo Dikejutkan Penemuan Mayat Bayi di Tong Sampah

”Kita sudah kerjasama dengan BPS dan sudah sampaikan ke BPS untuk memastikan untuk pendampingan petugas dan sebagainya,” terangnya.

Langkah saat ini menggunakan program Tuntas Kemiskinan (Tumis) yang disasar ke desa yang terpantau mengalami kemiskinan ekstrem. Namun ternyata program keroyokan untuk mengentas kemiskinan di satu desa butuh anggaran yang tinggi.

Yuni menyebutkan program Tumis per desa bisa menyedot anggaran Rp 1,9-2,5 miliar. Nilai tersebut belum bisa membantu kemiskinan absolut. Dimana warga usia lanjut tidak mungkin dibantu program selain tunjangan hidup sampai meninggal dunia.

”Usia produktif lebih mudah dikelola, tinggal identifikasi, kalau dia tidak ada modal kita bantu. Kalau butuh pelatihan kita beri pelatihan. Itu harus kolaboratif,” ujarnya.

Selain melihat situasi tersebut, harus ada kesadaran pembangunan mental masyarakat. Agar tidak ketergantungan pada bantuan. ”Pendekatan kualitas SDM menjadi kunci. Kadang anaknya sudah mandiri, namun orang tuanya tidak mau dicoret dari KK miskin karena takut tidak lagi dapat bantuan. Semoga pemimpin baru nanti punya formula yang lebih jitu,” ujar Yuni.

Baca juga:  Hari Otonomi Daerah, Pati Dorong Ekonomi Hijau dan Kesejahteraan

Sedangkan terkait infrastruktur di Sragen, Bupati menyoroti di tingkat pedesaan juga harus menjadi perhatian. Dia penyampaikan di sektor infrastruktur tingkat kabupaten sudah mencapai 84 persen. Tinggal meneruskan saja untuk capaian maksimal.

Namun untuk jalan antar desa, dan jembatan antar desa masih banyak perlu perhatian. Apalagi dengan musim hujan dan banyak yang rusak, desa banyak yang angkat tangan untuk menggunakan anggaran mereka. ”Itu juga PR bagi pemimpin baru nanti,” selorohnya.

Kemudian bagi sektor kesehatan, saat ini Sragen sudah universal coverage. Tinggal mendorong kebiasaan dan membudayakan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Sehingga dana BPJS tidak hanya terserap untuk pembiayaan pengobatan secara kuratif. ”Harus pola hidup sehat digaungkan di masyarakat,” ujar Yuni. (ars/jan)

spot_img

TERKINI