JATENGPOS. CO. ID, SEMARANG – Pusat Kajian Media dan Kebudayaan bersama Kesbangpol Provinsi Jateng menyelenggarakan diskusi Pemasyarakatan dan Revitalisasi Nilai-Nilai Pancasila “Peran Media Dalam Melindungi Budaya Bangsa”, Jumat (26/07) di kantor Kesbangpol Provinsi Jateng, Jl. Ahmad Yani No.160 Semarang.
Diskusi yang diikuti oleh para jurnalis, akademisi, mahasiswa, tokoh masyarakat dan berbagai kalangan lainnya itu, dibuka oleh Kepala Badan Kesbangpol Provinsi Jateng Haerudin, SH, MH.
Salah satu pembicara diskusi yaitu Ketua Pusat Kajian Media dan Kebudayaan Dr. Teguh Hadi Prayitno, MM, MH, M.Hum menyampaikan setelah sekian lama, akhirnya media memiliki undang-undang tentang pemajuan kebudayaan, yaitu Undang-undang Nomor 5Ā tahun 2017.
“Idealnya undang-undang bersebut dapat mempercepat upaya pemerintah untuk menghidupkan, menggelorakan, melestarikan, serta mengembangkan kebudayaan nasional Indonesia,” kata Teguh yang juga wartawan senior di Semarang.
Lebih lanjut Teguh mengungkapkan bahwa keberadaan media sosial saat ini, serta perkembangan teknologi dan globalisasi banyak mencerabut potensi budaya kita.
āPotensi budaya kita yang diwujudkan dalam ekspresi seni, tradisi, relasi sosial dan berbagai simbol lainnya di masyarakat, sebagian tercerabut akibat media sosial,” imbuhnya.
Diharapkan, media massa atau pers harus terus memberikan kontribusi agar kebudayaan dapat menyatu dan terkoneksi dengan agama dan Pancasila, sehingga dapat memberi warna dalam kehidupan bersama untuk kemajuan bangsa dan negara.
āPers dan teman-teman jurnalis harus lebih banyak mendorong nilai budaya melalui berita di media massa agar kita semakinĀ maju, bersatu dan toleran. Hal itu sejalan dengan fungsi pers dalam Undang-Undang Pers nomor 40 tahun 1999, yaitu sebagai media pendidikan, informasi, hiburan, dan kontrol sosial,” tutup Teguh.
Pembicara lainnya yang turut tampil dalam diskusi tersebut adalah, Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang Prof. Dr. Alamsyah, M.Hum, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Jateng Muhammad Auliya Assahidin, SS dan wartawan Tribun Jateng Iswidodo. (ucl/jan)