JATENGPOS. CO. ID, JAKARTA- Keluarga korban Aulia Risma Lestari (30), mahasiswi PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Prodi Anestesi FK Undip Semarang, akhirnya buka suara. Menurut pihak keluarga, korban meninggal diduga karena sakit syarat kejepit, bukan karena bunuh diri.
“Korban (diduga) meninggal karena sakit, mungkin pas lagi kelelahan keadaan darurat, dia mungkin menyuntikkan anestesinya kelebihan dosis atau apa. Intinya dari keluarga menampik berita bahwa korban meninggal dunia karena bunuh diri,” kata Susyanto, kuasa hukum keluarga korban, kepada wartawan,Sabtu (17/8/2024).
Kata Susyanto, selama ini korban memang memiliki riwayat penyakit saraf kejepit dan jika kelelahan akan terasa sakit. Ada kemungkinan dalam keadaan lemas dan darurat, korban menyuntikkan sendiri obat anestesi dan kelebihan dosis.
Atas berita yang beredar, Susyanto mewakili keluarga membantah keras yang menyebut korban tewas karena bunuh diri.
“Kami mewakili keluarga menolak jika korban disebut meninggal karena bunuh diri. Itu tidak benar,” tambahnya.
“Intinya pihak keluarga menampik terkait bahwa korban almarhumah itu meninggal dunia karena bunuh diri. Kami sebagai kuasa hukum dari keluarga itu menolak berita tersebut,” tegasnya.
Meski demikian, pihaknya tidak bisa memberikan keterangan secara vulgar soal problem sakit yang diderita korban. Karena dikhawatirkan akan terjadi blunder. Apa yang diketahui oleh keluarga terkait kematian dokter muda ini, Susyanto menegaskan akan disampaikannya secara terang-benderang kepada pihak kepolisian.
“Terkait yang viral katanya, nuwun sewu (mohon maaf) korban meninggal karena bunuh diri itu kami sangkal. Itu tidak benar. Bahwa almarhumah meninggal dunia karena sakit,”tambahnya.
Asal tahu, Aulia Risma Lestari, ditemukan meninggal di kamar kosnya daerah Lempongsari Semarang. Saat ditemukan, korban posisi tertidur sudah tidak bernyawa. Polisi menemukan korban dengan kondisi ada bekas luka suntikan pada tubuhnya.
Polisi juga menemukan buku diary korban ada tulisan pernah mengeluh karena beratnya beban belajar dan praktek di RS Kariadi sebagai peserta PPDS. Korban menuliskan perasaanya yang diberi tugas-tugas berat oleh seniornya. Bahkan korban mengaku depresi dan tidak kuat lagi meneruskan belajarnya.
Atas temuan diary korban itulah, beredar dugaan korban bunuh diri karena perundungan (bullying) oleh seniornya saat bekerja. Korban juga pernah mengajukan pengunduran diri dari Undip. Tetapi tidak jadi karena sebagai mahasiswa beasiswa harus mengikuti aturan jika mundur kuliah.
Risma Lestari sebenarnya seorang dokter muda yang sudah bekerja sebagai ASN di RSUD daerah Tegal. Dia mendapatkan program beasiswa dari RS tempatnya bekerja untuk melanjutkan studi spesialis dokter Anestesi (bius).
Pihak Undip sebelum keluarga memberi pengakuan, sudah menegaskan lebih dulu bahwa korban meninggal bukan karena perundungan. Tetapi karena problem penyakit yang diderita korban. Tetapi demi marwah korban Undip tidak mau menyebut jenis penyakit yang diderita. (jan)