JATENGPOS. CO. ID, SEKARANG – Ini nasehat penting dari mantan gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo. Kepada para pasangan gubernur-wakil gubernur, bupati-wakil bupati/walikota, jika sudah menjabat harus tahu tupoksinya masing-masing. Sebab kalau tidak, bisa salah paham di tengah jalan. Sehingga menimbulkan keretakan.
Hal itu dikatakan Bibit Waliyo dalam sesi Podcast JatengPosTV, menanggapi seringnya pasangan pejabat daerah berkonflik di tengah jalan setelah dilantik. Pesan juga diberikan kepada Luthfi-Yasin yang memenangkan pilgub Jateng 2024-2029.
“Antara gubernur dan wakil gubernur itu harus tahu tugas pokok (tupoksi) mereka masing-masing. Gubernur kui kepala, tapi kalau wakil itu namanya wakil, awak karo sikil (badan dan kaki), wakil ra ndue ndas (tidak punya kepala),” kata pria yang juga mantan Penasehat Tim Sukses palson 2 gubernur-wakil gubernur Jateng Ahmad Luthfi dan Gus Yasin ini.
Karena wakil hanya “awak karo sikil”, maka seorang wakil gubernur menurut Bibit harus paham tugas dan fungsinya. Tahu diri bahwa segala keputusan ada di kepala (gubernur). Wakil tidak bisa punya keinginan atau bertindak melebihi tugas dan wewenangnya. Maka antara kepala, awak dan sikil, ini harus selalu bersinergi.
“Kalau masing-masing membawa ego ya repot. Itulah yang membuat sering kali antara gubernur dan wakilnya berkonflik di tengah jalan, karena diantara keduanya tidak memahami hak dan tugasnya masing-masing,”kata Bibit.
Meski begitu, Bibit juga tidak sepakat jika wakil dianggap ban serep. Sebab kepala kalau tidak ada awak dan sikil juga tidak berfungsi. Kepala kalau tidak ada leher juga tidak bisa tegak.
“Maka semuanya antara kepala (gubernur) dan wakil harus bersingergi. Sama-sama pentingnya. Jangan anggap wakil itu ban serep, gak ada itu. Karena produk-produk kepala dinas itu tugasnya Pak Wakil gubernur, sementara detil teknisnya di pak Sekda. Lha nanti pak Wagub tanya ke pak Sekda ini gimana ini gimana, pak Sekda kasih masukan, lalu Pak Wagub melaporkan ke Gubernur, dan Gubernur memberikan arahan, tapi sudah dianalisa pak Wakil dan pak Sekda ,”kata mantan gubernur Jateng 2018-2013 ini.
Mantan Pangkostrad ini juga berpesan, Wakil gubernur jangan sampai iri dengan hak-hak yang ada pada gubernur. Namanya wakil ya pasti haknya tidak sama. Wakil harus siap pada posisi diperintah.
“Benar saja terkadang disalahkan. Apa lagi salah. Itulah wakil, harus siap pada posisi tidak enak. Yang iklas saja. Tapi wakil itu pelajaran untuk menjadi ketua,” tutupnya. (jan)