JATENGPOS. CO. ID, SUKOHARJO – Orkes Melayu Lorenza, grup musik asal Sukoharjo, tengah menjadi fenomena di dunia hiburan setelah viral di media sosial. Mengusung dangdut lawas, mereka menarik perhatian dengan membawakan lagu-lagu dangdut klasik era 70-an hingga 90-an.
Fenomena ini bermula dari sebuah kampung di Kecamatan Bendosari, Sukoharjo, tepatnya di Ngemul, tempat mereka sering mengadakan latihan. Berkat unggahan video sederhana di media sosial, kini nama OM LorenZa semakin dikenal dan banyak ditunggu kehadirannya di berbagai acara.
Menariknya, bukan hanya generasi tua yang menikmati musik mereka. Anak-anak muda pun turut menggemari alunan dangdut lawas yang dibawakan, meskipun banyak dari mereka tak mengetahui judul lagu yang dimainkan.
Murjiyanto, pemimpin OM LorenZa saat ini, mengungkapkan bahwa grup ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 2007 dan didirikan oleh Budi Aeromax. Namun, setelah sempat vakum, OM LorenZa diserahkan kepadanya pada tahun 2012.
“Saat itu, kami masih membawakan dangdut koplo, mengikuti arus yang sedang populer. Tapi karena persaingan ketat, sulit bagi kami untuk menonjol,” ujar Murjiyanto, Kamis (6/2/2025).
Momen kebangkitan justru terjadi saat pandemi COVID-19. Dengan keterbatasan panggung hiburan, mereka memutuskan untuk bermain musik di rumah dan merekam lagu-lagu dangdut lawas secara sederhana.
“Awalnya hanya iseng, kami main musik, direkam, lalu diunggah ke sosial media. Ternyata banyak yang suka dan menyarankan agar kami lebih serius mengembangkan konsep ini,” kenangnya.
Sejak saat itu, OM LorenZa beralih ke dangdut murni, tanpa unsur koplo. Tak disangka, keputusan ini membuat nama mereka semakin dikenal dan banyak diundang untuk tampil di berbagai acara.
Grup ini diperkuat 10 musisi dan 4 penyanyi seperti Winda Exa, Dewi Satria, Etik Mehong, dan Titin Defani, yang menjadi idola baru dengan menghibur penggemar dengan lagu-lagu dangdut lawas.
Menurut Winda, salah satu vokalis OM Lorenza, perjalanan di dunia musik dangdut bukanlah hal yang mudah. “Dulu saya sempat merasa beban, karena sadar kemampuan saya terbatas. Tapi sekarang, saya lebih menikmati dan bersyukur bisa tetap berkarya,” ujarnya.
Dalam setiap penampilannya, OM Lorenza selalu menghadirkan ciri khas tersendiri, mulai dari keyboard yang dikendalikan oleh Pak Parno dan Mas Supri, hingga kendang khas yang menurut mereka sulit tergantikan. Identitas musik ini membuat mereka tetap memiliki tempat di hati para pecinta dangdut, khususnya di wilayah Solo Raya dan Jawa Tengah.
Dalam industri yang didominasi musik koplo dan campursari, kehadiran OM Lorenza membuktikan bahwa dangdut klasik masih memiliki tempat di hati masyarakat. Bahkan, konsep mereka yang unik membuat permintaan show semakin meningkat.
Tak hanya di Solo Raya dan Jawa Tengah, grup ini kini merambah ke berbagai daerah dengan komunitas penggemar yang semakin solid. Ketua fans mereka, Haryanto, menyebut bahwa sejak 12 Desember 2022, OM Lorenza sudah memiliki korwil (koordinator wilayah) di beberapa daerah, seperti Jaten, Jati, dan Karangwuni.
“Kami sering menyewa bus untuk mendukung OM LorenZa di berbagai acara. Tiap event, ada sekitar 50 hingga 70 orang yang ikut serta, dan kami tetap menjaga kekompakan dengan fans lainnya,” ujar Haryanto.
Kini, OM LorenZa tak hanya eksis di panggung hajatan, tetapi juga merambah dunia digital dan endorsement, membuktikan bahwa orkes melayu masih bisa bertahan di era modern.
Satu lagu yang viral adalah Tambal Ban, Si Kribo, Tung Kripik, Kemping, Pil KB Kirang Kontrol, dan masih banyak lagi. Lalu berapa harga job OM Lorenza ? Untuk dalam kota Sukoharjo sekira Rp 4-5 juta sedangkan luar kota tergantung jarak. (dea/jan)