JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Yaahowu! Salam khas masyarakat Nias tersebut membuka acara temu kangen Fahuwusa Masyarakat Ono Niha (Famoni) Semarang, di gedung seminar Unisbank, Sabtu (17/3). Melalui salam itu, masyarakat Nias atau Ono Niha berusaha melepas rindu dengan tanah kelahirannya di Pulau Nias, Sumatra Utara. Salam itu juga sebagai bentuk semangat bersama untuk memberikan kontribusi positif bagi daerah asalnya meskipun mereka terpisah jarak karena berada di perantauan.
Menurut Ketua Famoni Semarang dan sekitarnya, Penunjang Waruwu, acara temu kangen ini merupakan langkah awal untuk menghidupkan kembali kegiatan Famoni. Sejak dibentuk pada tahun 1980an, Famoni berusaha menampung aspirasi masyarakat Nias yang berada di Kota Semarang dan sekitarnya, seperti Purwodadi, Ungaran, Kendal, dan Demak. Khususnya aspirasi yang berkaitan dengan kontribusi positif bagi masyarakat Nias di perantauan maupun masyarakat Nias di Pulau Nias.
“Famoni ini sudah didirikan sejak tahun 1980an dan sempat vakum berkegiatan selam lebih kurang 11 tahun. Namun atas desakan dari banyak anggota dan mahasiswa asal Nias, tahun ini kami berusaha menghidupkan kembali Famoni. Kami tetap mengusung semangat Fahuwusa yaitu pertemanan, persahabatan, atau guyub sesama Ono Niha. Melalui Famoni ini kami berusaha menampung aspirasi itu,” katanya.
Dijelaskannya, kontribusi positif tersebut merupakan upaya yang harus dicapai bersama. Hal itu akan diwujudkan dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan spiritual atau keagamaan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Sasaran dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah anggota Famoni dan masyarakat secara umum. “Tujuan sosial dapat dicontohkan dengan membantu kalau ada orang yang meninggal atau membantu anggota yang sedang dalam kesulitan serta membantu kalau ada yang sedang mempunyai hajatan seperti pernikahan. Selain itu kami juga akan lakukan kegiatan sosial lainnya yang tentunya berkontribusi secara umum,” jelasnya.
Famoni juga berusaha semaksimal mungkin dalam kontribusinya bagi masyarakat Nias di Pulau Nias. Waruwu menyatakan sudah ada rencana atau aspirasi agar pemuda di Nias dikirim per semester ke daerah mana pun. Hal itu dilakukan agar masyarakat Nias dapat berkembang. “Ada wacana itu. Kami ingin terus menggali potensi daerah dan potensi masyarakat Nias. Tujuannya agar dapat berkembang,” paparnya.
Agar semua aspirasi tersebut dapat terwujud maka dibutuhkan kerja bersama dari masyarakat Nias di perantauan, khususnya di Kota Semarang dan sekitarnya. Terlebih setelah vakumnya Famoni selama lebih kurang 11 tahun, upaya pertama adalah kembali mengumpulkan dan mengakomodir semua masyarakat Nias di perantauan, baik yang sudah menetap maupun masih dalam proses pendidikan.
“Memang tidak mudah untuk mengumpulkan, apalagi setelah lama vakum. Tapi dari acara ini saja bisa dilihat ternyata banyak sekali masyarakat Nias di Kota Semarang dan sekitarnya, ini saja ada sekitar 100. Semoga ke depan semua dapat terakomodir,” paparnya.
Adapun terkait banyaknya masyarakat Nias yang menetap di perantauan dan memiliki keturunan, Famoni juga sudah mempunyai program. Program tersebut dibuat agar masyarakat atau keluarga yang jauh dari Pulau Nias tersebut dapat tetap memiliki budaya Nias. “Salah satu yang kami tekankan adalah belajar bahasa Nias. Lalu ada upaya-upaya mengenalkan budaya Nias lainnya agar tetap terjaga seperti batik Nias,” pungkas Waruwu yang dalam acara temu kangen tersebut juga mendapatkan mandat dari pembina Famoni untuk menjadi ketua Famoni Semarang selama tiga tahun ke depan. (har/saf/sct)