Setahun Pasar Karetan, Destinasi Digital Inspiratif

#SetahunPasarKaretan

JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Minggu ini menjadi momentum istimewa buat sejarah Destinasi Digital Pasar Karetan. Tepat 5 November 2017, setahun lalu, pasar yang menjadi tempat ngumpul anak-anak netizen Genpi – Generasi Pesona Indonesia itu pertama kali diluncurkan. Pekan ini adalah ulang tahun pertama, pasar yang berlokasi di Desa Meteseh, Kec Boja, Kab Kendal, Jawa Tengah itu.

Dan sejak itu, Pasar Karetan menjadi inspirasi bagi banyak pasar lain yang diinisiasi anak-anak Genpi di seluruh Indonesia. Sehingga sekarang sudah lebih dari 40 Destinasi Digital yang setiap hari selalu heboh dengan foto dan video menghiasi Instagram, Facebook, Twitter, dan Youtube.

“Selamat Ulang Tahun Pasar Karetan! Sukses selalu!” ucap Don Kardono, Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Media dan Komunikasi Publik, Kemenpar RI.

Berlokasi di Desa Meteseh, Kec Boja, Kabupaten Kendal, Pasar Karetan bisa ditempuh 54 menit, 24 km dari Simpang Lima, Semarang. Hampir sama jaraknya dari Kota Kendal dan Ungaran, baik menggunakan aplikasi Google Maps maupun Waze.

iklan

Pasar Karetan selama setahun ini banyak menginspirasi siapa saja yang ingin membuat destinasi digital. Dari sinilah, lahir Pasar Pancingan di Desa Bilebante, Lombok. Lalu Pasar Kaki Langit di Mangunan, Bantul, Jogja. Juga Pasar Mangrove Batam, yang sudah sejak 2017 hadir.

Baca juga:  Tol Trans Jawa Bawa Banyak Berkah untuk Pariwisata

Kini makin banyak daerah yang memiliki destinasi digital. Banyak juga yang ingin membangun destinasi digital baru. Apa yang harus dipersiapkan jika sebuah daerah atau komunitas yang bergerak di pariwisata ingin membangun pasar Genpi seperti itu.

Syaratnya mudah. Pertama, harus punya komunitas netizen seperti Genpi – Generasi Pesona Indonesia. Kedua, ada lahan, boleh milik private, boleh punya pemerintah daerah atau BUMN. Yang penting minimal 1 tahun, lokasi itu dipinjamkan, untuk dikelola oleh komunitas. Ketiga, mengajak kerjasama dengan masyarakat.

Destinasi Digital itu adalah bentuk aktivitas offline komunitas Genpi. Mendesain tempat yang Cameragenic, indah di screen camera, dan Instagramable. Jika diposting di media sosial, baik Instagram, Facebook, Youtube, Twitter akan direspons banyak audience.

Banyak yang nge-view, nge-like, nge-repost, comments, nge-share, dan menjadi viral. Jika viral dan trending topic, mendorong orang untuk berkunjung ke sana juga. Itulah yang digerakkan Genpi, publik netizen yang sejatinya adalah para Followers, Friends, Fans yang eksis di dunia maya.

Destinasi Digital itu juga menginspirasi banyak pelaku bisnis pariwisata. Mau cafe, restoran, hotel, akomodasi, atraksi, saat ini salah satu yang terpenting adalah Instagramable, Cameragenic, keren di kamera. Spot selfie menjadi sangat penting.

Baca juga:  Malang Strudel Carnival Targetkan 10 Ribu Pengunjung

“Sekarang, semua events yang ada di Calendar of Events Nasional Kemenpar, harus memikirkan Cameragenic, harus Instagramable, harus cantik di kamera, layak viral di media sosial. Karena ini akan membuat sebuah event viral cepat dan menjadi promosi yang efektif buat event tersebut,” kata Don Kardono.

Dalam setahun Pasar Karetan, Minggu 4 November 2018, akan ada beberapa atraksi yang tentu memikat. Salah satunya sexophone Mr Daliman, ada performance alat musik tiup yang pasti keren di sana. Juga ada banyak hal yang disiapkqn Genpi Jateng, seperti akustik band Dipo dan Lukmanafaq, ada Komik —Komunitas Musisi Kendal— yang membuat acara Goes To Pasar Karetan.

Ada juga membatik di atas kain 2 meter, oleh Batik Linggo, yang bakal menjadi objek foto dan video yang super keren di pasar. “Silakan hadir ya, Minggu pagi, 4 November 2018, di Pasar Karetan. Gunakan hastag #SetahunPasarKaretan ya setiap posting,” ajak Don Kardono.

Pasar ini memberi banyak manfaat buat masyarakat, komunitas dan membuat daerahnya dikenal di media sosial. Yang berjualan masyarakat sekitar, yang mempromosikan dan menata kawasannya Genpi.

Baca juga:  BPODT Support Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Danau Toba

“Komposisinya 80-85 persen masyarakat, 20-15 persen Genpi, dari total revenue. Sehingga antara komunitas dengan masyarakat mendapatkan hasil dari aktivitas destinasi digital itu,” ungkap Don Kardono.

Dalam sekali operasi, Minggu pagi, rata-rata omzetnya 20 sampai 40 juta rupiah, belum termasuk biaya parkir yang 100% buat masyarakat. Bagaimana dengan pemilik lahan?

“Setahun, selama proses membangun destinasi digital, free. Ini menjadi konvensi, jika bekerjasama dengan swasta, pemilik lahan, maka tahun pertama harus free, tidak meminta persentase dari aktivitas pasar. Tujuannya membantu Genpi belajar menciptakan ekosistem bisnis, berbasis followers, friends, dan fans di media sosial,” ungkap Don Kardono.

Menteri Pariwisata Arief Yahya yang pertama kali menamai pasar itu sebagai destinasi digital. Destinasi yang dikreasi baru, dengan cara digital. Diviralkan melalui media digital, didrive dengan media sosial yang juga sangat digital. “Sukses buat destinasi digital di seluruh Indonesia yang semakin heboh, makin keren, beken dan paten! Semangat terus!” kata Menpar Arief Yahya.(udi)
iklan