JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Manuver Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menjelang masa pensiun disorot Setara Institute. Gatot dianggap memperlihatkan image-nya sebagai selebriti politik ketimbang sebagai panglima.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya, Gatot Nurmantyo dalam beberapa bulan sebelum pensiun kerap tampak gemar memperlihatkan dirinya sebagai selebriti politik ketimbang melakukan tugas-tugas pokoknya sebagai Panglima TNI. Selebriti politik lebih mengedepankan politik impresi,” ujar Ketua Setara Institute Hendardi kepada wartawan, Rabu (6/12).
Salah satu impresi politik yang ditunjukkan Gatot, menurut Hendardi, adalah saat sang jenderal bintang empat mengantar KSAU Marsekal Hadi Tjahjanto menjelang fit and proper test sebagai calon suksesornya ke DPR. Namun, di sisi lain, Gatot memutasikan 85 perwira tinggi.
“Tentu saja Gatot Nurmantyo ingin tetap menampilkan impresi baiknya, antara lain dengan mengantar Hadi Tjahjanto ke DPR,” kata Hendardi.
“Sekalipun tindakan ini tentu bisa diapresiasi, namun tindakan lain, yaitu memutasi 85 perwira TNI di penghujung jabatannya, tetap soal lain yang dalam pandangan saya melanggar etika kepemimpinan yang juga dapat dikategori sebagai tindakan politik menguntungkan dirinya,” tambahnya.
Gatot juga sudah menegaskan alasan memutasikan 85 perwira tinggi karena tak tahu ada pemberitahuan dari Presiden Jokowi yang menunjuk Hadi sebagai Panglima TNI. Meski demikian, kata Hendardi, tindakan Gatot dinilai sebagai manuver politik.
“Ya politik itu kan impresi. Mengantar Hadi adalah mengesankan impresi politik baik dan legawa.
Sementara menyatakan tidak diberi tahu Presiden soal nama penggantinya juga mau memberikan impresi baik untuk menutup kesan seolah-olah sengaja melakukan mutasi di ujung jabatannya. Jadi Jenderal Gatot Nurmantyo lebih tampak semacam politisi yang bermain di tataran impresi,” sebutnya.(dtc/udi)