
JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Setelah viral di media sosial, nasib Budiono Sutikno, mantan striker PSIS yang kini hidup susah di rumah susun, akhirnya mendapat perhatian.
Lurah setempat, Dinas Sosial, dan Dinas Kesehatan kota Semarang sudah mendatangi Budiono, yang tinggal di rumah susun Kudu Blok E Lantai 4 no 15, di Kota Semarang.
“Pak lurah, dinas kesehatan, dinas sosial setelah tayangan Jateng Pos TV sudah pada ke rumah,”kata Budiono, saat dikonfirmasi Jateng Pos, Senin, 30 Oktober 2023.
Kata Budiono, Dinas Kesehatan memberikan rujukan untuk berobat. Rencana Senin hari ini, 30 Oktober 2023, Budiono mau periksa matanya yang katarak. Budiono juga menderita gula akut. Sehingga kaki dan jari tanganya penuh luka. Hidung Budiono juga pecah dan mendesak ke dalam akibat kena sikut pemain saat berlaga dulu.
“Kalau istri saya rencana hari ini pulang dari rumah sakit, setelah diobatkan oleh relawan pak Yoyok Sukawi. Isteri saya juga sakit stroke,” kata Budiono via telepon.

Asal tahu, Budiono tahun 90 an jadi striker PSIS dan meraih top scorer 11 gol saat Ligina 1.
Namun sekarang hidup susah setelah sakit-sakitan dan tidak bekerja. Dia menderita katarak, hidung pecah, dan gula akut. Sementara isterinya kena struk. Satu dari dua anaknya gangguan mental. Satu anaknya yang sehat tiap hari cari rosok untuk beli beras.
Kini hidup di rumah Susun Kudu Semarang dengan sewa Rp 90 ribu per bulan. Karena tidak ada penghasilan, sekarang nunggak 25 bulan dan kamarnya disegel pemerintah.
Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu atau Ita, saat dikonfirmasi mengaku sudah menangangi Budiono.
“Sudah saya tangani semuanya mas,”katanya.
Yoyok Sukawi, CEO PSIS menegaskan, sebagai owner PSIS pihaknya sudah membantu Budiono. “Relawan saya sudah mengirim sembako dan tindakan kesehatan mas. Sementara yang kita tangani isterinya dulu yang struk mas,”kata Yoyok.
Yoyok mengakui banyak mantan atlit yang menderita di masa tuanya. Sebagai praktisi bola dan wakil rakyat, dia sudah berjuang menggolkan regulasi agar ada uang pensiun bagi mantan atlit.
“Tapi sampai sekarang tidak dijalankan oleh eksekutif atau kepala daerah yang ada mas. Karena membantu mantan atlit itu tidak berdampak pada elektabilitas, semua diukur dari dukungan politik,”kata Yoyok kesal. (jan)