JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Sekitar 20 peternak bebek di Dukuh Kajen, Desa Celep, Kedawung, Sragen, gulung tikar. Menyusul dampak PPKM pandemi covid-19 yang membuat harga daging bebek anjlok. Saat ini tinggal lima peternak yang mencoba bertahan.Itupun dengan kondisi harus terus merugi hingga puluhan juta.
Wiyono mengungkapkan, sejak PPKM membuat warung makan tidak bisa jualan. Sehingga banyak bebek yang tak laku terjual. Waktu normal, setiap hari mampu menjual 500 ekor. Saat PPKM saat ini hanya mampu menjual maksimal 300 ekor. Karena pemilik rumah makan memang tak bisa menjual dagangan mereka.
” Keadaan itulah membuat peternak merugi, karena bila bebek tak lekas terjual jelas harus tambah pakan. Maka terpaksa diobral jual rugi,” tutur Wiyono yang juga ketua RT ini.
Dijelaskan Wiyono, saat kondisi normal baik harga bisa mencapai Rp 27 ribu/kg. Namun karena PPKM harga tinggal Rp 21 ribu/ kg. Pabrik sendiri malah hanya berani membeli Rp 19 ribu/kg. Itupun harus mengantar ke tempat tujuan, Itupun dibebani biaya angkut mencapai Rp 2 juta. Maka tak jarang karena terpaksa harga jual Rp 17 ribu/ kg dilepas.
“Daripada kita rugi pakan, karena memang harganya sudah mahal, maka bebek dijual dengan harga rugi,” ucap Wiyono.
Ditambahkan Kaan Indrawinata, saat ini dari sekitar 25 peternak bebek di Dukuh Kajen, hanya 5 peternak yang masih bertahan, selebihnya gulung tikar. Padahal total mencapai 20 ribu ekor.
Mereka yang berhenti saat pandemi, yang memelihara 500-1000 ekor. Peternak yang besar memang tak bisa berhenti, karena beban harus membeli DO dari pabrik.
“Bila tidak ambil DO, bulan berikutnya pabrik langsung hentikan pengambilan DO,” tutur Indra.
Indra berharap dengan kondisi peternak bebek yang merugi, dihas terkait bisa memberikan bantuan, minimal solusi agar tidak gulung tikar. (ars)