JATENGPOS.CO.ID, KARANGANYAR – Prihatin dengan kondisi petani yang nasibnya tak menentu lantaran persoalan harga gabah dan pupuk. Ketua Komisi B DPRD Provinsi Jawa Tengah, Sumanto dan anggota lainnya menemui legislator pusat yang bermarkas di Senayan.
Dalam audensi dengan Komisi IV DPR RI yang diterima oleh Wakil Ketua Komisi IV Dedi Mulyadi dan anggota di Jakarta, Selasa, (5/10) itu, Sumanto mengharapkan kesejahteraan bagi petani segera terwujud. Guna mencapai hal tersebut, ia mengusulkan agar subsidi pupuk untuk petani dicabut dan dialihkan untuk menyerap gabah petani secara langsung.
“Subsidi pupuk carut marut dan masalahnya tidak pernah selesai, maka lebih baik dicabut saja. Nyatanya hingga kini subsidi pupuk yang diberikan kepada petani tidak berdampak pada kesejahteraan, apalagi hasil jual panen masih rendah. Kami mengusulkan kepada pemerintah agar subsidi pupuk dicabut dan diganti dengan pembelian Harga Pokok Penjualan (HPP) gabah kering panen yang tinggi,” tegas Sumanto.
Selama ini menurut Sumanto, HPP gabah masih rendah sehingga petani tidak mendapat kesejahteraan dari hasil panennya. Maka baiknya gabah ini diurus oleh negara seperti halnya BBM.
“Negara harus mengambil alih urusan gabah sepeti halnya BBM, di mana sakali pun di Papua bisa satu harga. Subsidi pupuk tidak meningkatkan pendapatan petani, alangkah baiknya alokasi anggaran subsidi pupuk sebesar Rp 33 triliun ini dicabut, kemudian dialihkan untuk menyerap gabah dari petani dengan harga Rp. 5.500.” Terang Sumanto
Sumanto mengatakan, saat ini harga gabah petani HPP-nya Rp 4.200, akan tetapi di lapangan harga turun sampai Rp 3.200 – Rp 3.400. Akhirnya pendapatan mereka tidak lebih dari Rp 400 ribu perbulan kalau dihitung,” tuturnya.
Petani Jawa Tengah ada sekitar 2,9 juta, kepemilikan lahan petani di Jateng rata-rata 0,65 Ha. Setengahnya merupakan petani gurem (1.317.118 orang) dengan rata-rata kepemilikan 0,15 Ha (1500 m2). Produktivitas 1 hektar sawah menghasikan 6 ton gabah, kemudian terjadi penyusutan 18% maka menjadi 4,92 ton.
Jika luas lahan yang dimiliki petani hanya 0,20 Ha (2000 m2), maka gabah yang dihasilkan adalah 0,984 ton. Jika harga gabah 3.400 maka pendapatannya Rp. 3.345.600, dikurangi pengeluaran Rp. 913.500, maka keutungan setiap panennya sebesar 2.432.100.
Petani di Jawa Tengah panen sekitar 4 bulan, maka penghasilan mereka dari bertani Rp. 608.025. Apabila dibandingkan dengan UMK Banjarnegara sebagai UMK terkecil di Jawa Tengah (Rp. 1.805.000) maka angkanya hampir 3 kali lipat lebih kecil.
Untuk itu ia mekomendasikan, melihat kepemilikan lahan yang hanya 0,15 – 0,20 Ha, serta harga yang masih rendah. Maka sangat sulit untuk mewujudkan kesejahteraan bagi petani, maka perlu langkah berani dari pemerintah pusat untuk mencabut subsidi pupuk dan melakukan penyerapan gabah petani. (yas)