26.1 C
Semarang
Selasa, 8 Juli 2025

Lebih Aman dari Polusi, Perajin Kerupuk di Boyolali Beralih dari Kayu Bakar ke Gas LPG

JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Perajin kerupuk di Boyolali ini beralih ke bahan bakar gas LPG untuk memasak dari sebelumnya menggunakan kayu. Efektif, efisien dan ramah lingkungan menjadi alasannya.

“Karena memang gas (LPG) itu mengefektifkan semuanya. Tenaga, emisi, polusi yang jelas benar-benar itu terkurangi. Sehingga kami, saya sendiri, karyawan dan mungkin lingkungan terdekat itu merasa lebih nyaman, lebih aman dari segi kesehatan,” kata Widodo perajin kerupuk warga Dukuh Jatirejo, Desa Kopen, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, Kamis (28/10/2021).

Pihaknya mulai beralih dari kayu bakar ke gas LPG produk PT Pertamina, sejak sekitar delapan bulan lalu. Hal itu dilatarbelakangi karena bahan bakar menjadi faktor penting dalam pembuatan kerupuk, yang menjadi usahanya sejak sekitar 20 tahun lalu.

Pada musim penghujan, penggunaan kayu bakar cukup menyulitkan. Kondisi kayu yang basah, sehingga sulit untuk dinyalakan. Sementara bahan bakar harus tetap menyala untuk memasak kerupuk, mengeringkan memakai oven dan menggoreng. Nyala api harus tetap menyala dan stabil.

Alasan lain, penggunaan kayu bakar menimbulkan polusi udara. Apalagi saat menggoreng kerupuk, asap tebal di ruangan penggorengan cukup mengganggu pekerja. Sehingga dia beralih ke gas LPG yang lebih ramah lingkungan.

“Kalau pakai kayu bakar, asapnya tebal sekali di ruangan ini (dapur). Mata terasa pedih dan mengganggu pernafasan juga,” jelas Widodo.

Baca juga:  Pembuatan SIM Gratis di Akun Medsos Berita Hoax

Kayu bakar juga memiliki limbah berupa abu. Dengan kondisi tersebut, akhirnya Widodo beralih ke penggunaan gas LPG untuk memproduksi kerupuk. Hingga saat ini, semua alat untuk memasak, mulai dari mengukus menggunakan alat steam krumel boiler gas.

Kemudian oven pengering penggorengan juga menggunakan gas LPG produk PT Pertamina itu. Widodo menggunakan gas LPG ukuran 12 kg.

“Dibandingkan menggunakan kayu bakar dan gas LPG, secara finansial mirip-mirip. Tetapi manfaat lain menggunakan gas LPG lebih efisien, tenaga, waktu dan pengurangan asapnya itu benar-benar lebih melindungi,” papar Widodo.

Pihaknya pun menyatakan ke depannya akan terus menggunakan gas LPG untuk memproduksi kerupuk. Terkait ketersediaan gas, Widodo, menyebutkan cukup mudah. Pasokannya mencukupi untuk kebutuhannya setiap hari.

Sementara itu Area Manager Communication, Relations dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah, Brasto Galih Nugroho, mengapresiasi pelaku UMKM kerupuk yang telah mau beralih dari kayu bakar ke gas LPG.

Disampaikan Brasto, Pertamina Patra Niaga tidak hanya berfokus untuk meningkatkan laba perusahaan pada penjualan produknya.

Tetapi juga merangkul UMKM Industri Kerupuk untuk dapat beralih dari bahan bakar kayu yang sarat dengan polusi asapnya menjadi bahan bakar memasak yang lebih bebas polusi yaitu dengan tabung LPG.

Baca juga:  Pemkot Surakarta Lanjutkan Program Vaksinasi pada Ramadhan

Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Tengah melalui insan mutu Project Collaboration Improvement (PC Prove) Sluku-Sluku Bathok II, pun berinovasi, yaitu membuat steam krumel boiler gas yang ramah lingkungan dan efisien. Inovasi itu telah berhasil meningkatkan penjualan LPG non PSO dengan bundling alat inovasi buatannya tersebut bagi paguyuban kerupuk Mulyo Asri di Desa Mojolegi, Boyolali.

Menurut dia, alat steam boiler ini telah melalui sejumlah pengujian standarisasi alat oleh Universitas Sebelas Maret (UNS), pengujian emisi karbon oleh Universitas Islam Indonesia (UII) dan uji sertifikasi alat oleh Biro Klasifikasi Indonesia.

“Hasilnya, alat ini mampu memberikan efisiensi energy cost sebesar 142%. Bila dibandingkan konversi LPG langsung tanpa alat inovasi membutuhkan biaya sebesar Rp. 411.000 per hari dan bila konversi LPG dengan alat ini cukup membutuhkan biaya sebesar Rp. 170.000 per hari,” kata Brasto.

Secara tidak langsung, beralihnya konversi energi ini pun telah berkontribusi dengan pengurangan karbon dioksida dari pembakaran kayu sebesar 245 ribu ton per tahun serta menyelamatkan 1.188 pohon jati kecil di Desa Mojolegi, Boyolali. (aji)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya