spot_img
26.1 C
Semarang
Minggu, 29 Juni 2025
spot_img

Keranjang Mendong Asal Kedungombo Tembus Pasar Ekspor

JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Kerajinan keranjang anyaman berbahan mendong yang di produksi Tugimin (52) warga kawasan Waduk Kedung Ombo ( WKO), tepatnya Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Mampu menembus pasar ekspor.

Keranjang anyaman mendong setiap satu set keranjang mendong terdiri atas tiga keranjang dengan ukuran yang berbeda, yakni ukuran diamater 30 cm, 40 cm, dan 50 cm dan tinggi masing-masing 31 cm, 35 cm, dan 41 cm tersebut dijual dengan harga standar ekspor senilai Rp 360.000.

Keranjang anyaman mendong merupakan hasil inovasi Tugimin, yang juga seorang peternak dan nelayan WKO. Tugimin memiliki kreativitas dan inovasi dalam kerajinan mendong ini, hingga pernah dinobatkan sebagai pemuda pelopor tiga tahun berturut-turut mulai 2010, 2011, dan 2012.

Baca juga:  Masyarakat Yogyakarta-Solo Antusias Gunakan KRL di Hari Pertama Operasional

Sebelumnya, Tugimin membuat bermacam-macam usaha. Mulai membuat kotak ikan bandeng, ikan red devil dan ikan petek krispi. Ada juga usaha tiwul krispi, peternakan ayam, konveksi, yang pada akhirnya menemukan usaha kerajinan mendong tersebut.

Kerajinan mendong yang baru saja digelutinya sejak tujuh tahun terakhir mampu memberdayakan karyawan sebanyak 200 orang yang menyebar di wilayah Sumberlawang.

“Tenaga kerjanya bukan seperti di pabrik, tetapi memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan ekonominya. Mayoritas warga di Sumberlawang ini petani atau nelayan. Yang bisa fokus menggarap dari pagi sampai sore hanya di Mojopuro dengan 30 orang tenaga kerja,” ujar Tugimin.

Rencana bermain di pasar ekspor itu dilakukan Tugimin setelah adanya kenaikan bahan kayu yang sebelumnya menggeluti usaha pembuatan kotak bandeng presto, ia mulai menjajaki produksi mendong.

Baca juga:  Agustina Ajak 'Branding' Desa Wisata dengan Media Sosial

“Saya melihat anak-anak muda di Ngargotirto ini sering kali merantau selepas lulus sekolah. Biasanya mereka ada yang mengajar mengaji di TPA kemudian ditinggal merantau sehingga TPA menjadi macet. Saya berpikir untuk membuat usaha yang bisa memikat anak-anak muda itu supaya tidak keluar desa. Saya melihat bahan mendong di Jogja. Saya mencoba-coba bikin,” ujar Tugimin.

Di sisi lain, yang secara kebetulan ia memiliki saudara yang bekerja di Korea Utara. Ia mencoba kirim gambar ke sana namun dibalas dengan permintaan sampel barang.

Lantas Tugimin menyiapkan sampel yang diminta tetapi terkendala dengan pengepakan. Hingga akhirnya, Tugimin bekerja sama dengan perusahaan ekspor di Solo untuk pengepakan produk yang dikirim ke luar negeri. (ars)

spot_img

TERKINI