JATENGPOS.CO.ID, BOYOLALI – Kasus paparan virus Corona di Boyolali sudah menurun tajam, bahkan hanya ada tiga kasus aktif saja saat ini. Namun, giliran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengalami tren peningkatan.
“Iya, jumlah kasus DBD saat ini mengalami tren peningkatan,” kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, Jumat (7/1).
Kasus DBD di Boyolali mulai meningkat tajam mulai bulan November 2021 lalu. Di bulan itu kasus DBD meningkat dua kali lipat dibandingkan bulan sebelumnya. Dari 17 kasus di bulan Oktober menjadi 39 kasus di bulan November.
Kemudian di bulan Desember, meningkat lagi. Di akhir tahun 2021 itu, ditemukan ada 44 kasus DBD, dan satu kasus kematian. Di awal tahun 2022 ini hingga tanggal 7 Januari sudah ditemukan 9 kasus positif DBD.
“Pada bulan Januari 2022 ini, sampai tanggal 7 Januari laporan yang masuk 19, jumlah yang memenuhi syarat sebagai kasus DBD ada 9 kasus,” jelas Puji.
“(Ada tren peningakatan kasus) Ini sudah sejak awal-awal bulan kemarin ya, mulai ada musim hujan, ada panas, ada air, otomatis kan ada kesempatan jentik menjadi nyamuk. Beda kalau musim hujan terus, mungkin malah nyamuk nggak ada. Tetapi kalau seperti inilah, kemarin hujan terus, ini panas, jadi jentik kesempatan untuk tumbuh itu kan ada. Karena biasanya telurnya kan nempel di dinding, begitu kena air, ya wis urip (hidup),” paparnya.
Puji menyebutkan, memang banyak kasus laporan yang masuk ke Dinkes terkait penyakit akibat gigitan nyamuk aedes aegyti ini. Pihaknya mendapat laporan dari rumah sakit adanya pasien DBD. Kemudian Dinkes Boyolali menindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan epidemiologi (PE).
“Memang kebanyakan ini kalau kita tracing dengan PE, tidak semuanya juga positif DBD. Jadi gejala,” ungkapnya.
Puji menyatakan, pihaknya meningkatkan kewaspadaan terhadap meningkatnya kasus DBD ini dengan melakukan kegiatan mencegah tumbuhnya nyamuk penyebab demam berdarah dengue. Antara lain dengan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dan juga fogging fokus.
“Iya, kita ini mulai waspada, jadi kegiatan PSN, terus kemudian ada fogging fokus, yang setelah PE ternyata betul ada kasus disitu dan dalam radius 10 meter disekitarnya ada kasus panas tanpa sebab, itu kita lakukan fogging fokus. Seperti yang sudah kita lakukan di Juwangi, di Ngemplak,” terang Puji.
Lebih lanjut Puji mengemukakan, kasus DBD tahun 2021 lalu tercatat ada 201 kasus DBD di Boyolali. Kemudian ada 5 kasus kematian akibat DBD. Kasus terbanyak ditemukan di Kecamatan Ngemplak dan Juwangi, masing-masing 24 kasus. Selanjutnya Kecamatan Nogosari 23 kasus.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD ini. Dengan menjada kebersihan lingkungan dan gerakan PSN. (aji)