25.3 C
Semarang
Selasa, 26 Agustus 2025

Penjual Batik Ini Enggan Berjualan Secara Online

JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Usaha di tengah dunia digital saat ini, banyak pengusaha yang memanfaatkan teknologi online untuk memasarkan produk maupun barang jualannya.

Namun berbeda yang dilakukan pengusaha batik bernama
Supriyanto (33), warga Dukuh Tlobong, Desa Jabung, Kecamatan Plupuh, Sragen, menolak berjualan secara online.

”Biasanya yang jual online itu, pedagang yang ambil dari butik. Kalau aku yang langsung ambil online, kasihan tangan berikutnya,” ujar Supriyanto, Senin (17/1).

Namun Supriyanto mencoba mandiri dan lepas dari bayang-bayang orang tuanya untuk usaha konveksi batik pada 2010. Langkahnya tidak mudah untuk memulai usaha mandiri. Sejak 13 tahun yang lalu dirinya mulai membuka jaringan usaha batik. Karena lingkungan keluarganya merupakan bagian dari proses usaha batik.

Menurut Supriyanto, sebagai pemilik konveksi, pihaknya enggan menjual produk secara online. Lantaran pasar yang disasar berbeda. Persaingan bisnis batik bagi konveksi tersebut bukan penjualan di online, melainkan lebih ke kualitas dan motifnya. Dia menekankan kualitas kain dan motif serta hasil kerapian jahitan harus benar-benar diperhatikan dengan teliti.

”Istilahnya kualitas bahan dan jahitan mempengaruhi . Kalau bahan bagus tapi persaingan di pasar, setiap bulan sekali batik harus ganti motif,” terangnya.

Dia menjelaskan karena di bidang konveksi, pola yang dikeluarkan tergantung pihak pembuat. Dia mengaku hanya menjahit dan mengirim ke pedagang atau butik. Sasarannya tidak hanya di sekitar Solo atau Jawa Tengah saja. Namun sampai luar provinsi Jawa Tengah.

Baca juga:  Deklarasi Partai Kedaulatan Rakyat di Solo, Optimis Lolos Pemilu 2024

”Ada juga pemesan dari Kalimantan, Lampung, Jawa Timur. Terbanyak mengirim ke Jawa timur dan Solo. Banyak yang ambil di butik-butik ternama di Solo,” terang Supriyanto.

Dijelaskan Supriyanto, Desa Jabung sendiri termasuk sentra konveksi batik. Sedikitnya ada 40 rumah usaha konveksi batik. Banyak usaha rumahan konveksi batik di Dukuh Tlobong RT 8, RT 10 dan RT 12, di Dukuh Soka, Dukuh Jabung, Dukuh Menjing maupun Klinggan serta Dukuh Glenteran. Namun saat ini kondisinya harus bersaing dengan produk asal Pekalongan yang membuat produk lebih cepat.

Agar batik bisa dipasarkan dan layak untuk dijual, ada beberapa
proses. Mulai dari para pembatik, konveksi, hingga pedagang yang mendistribusikan.

Usaha batik di Kabupaten Sragen sudah menjadi penghidupan bagi sebagian warga Sragen. Khususnya di daerah sekitar Kecamatan Plupuh dan Masaran. Namun dunia perbatikan ini melibatkan banyak orang dan proses yang panjang.

Tidak terkecuali usaha konveksi batik yang ditekuni Supriyanto, yang sudah mengenal usaha tersebut sejak kecil.

Baca juga:  Harga Cabai di Solo Masih Bertahan Tinggi

Pada proses usahanya ada sekitar sepuluh karyawan yang dilibatkan. Namun kebanyakan penjahit luar yang bekerja membantu proses produksi. Meskipun demikian pihaknya tetap memastikan standar kualitas jahitan.

”Per hari saat ini mungkin bisa sekitar 100 potong pakaian yang bisa dihasilkan,” tandasnya.

Tetapi situasinya tidak sebanyak dahulu. Dia menyampaikan sebelum pandemi bisa 26 penjahit yang membantu proses pembuatan di rumah. Sehingga sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19.

”Waktu itu benar-benar susah, satu tahun kita tidak kerja. Apalagi membantu memperkerjakan warga sekitar,” bebernya.

Dia menjelaskan tantangan berbeda pada saat sudah penyesuaian pandemi ini. Meski sudah bisa memulai produksi kembali, tapi harga kain batik tidak stabil. Setiap saat harga terus melambung.

”Misalnya harga jadi Rp 125 ribu, ketika terjual dan mau beli kain lagi, harga malah naik lagi. Harga fluktuatif terus berubah” ujarnya.

Dia meminta pada pemerintah untuk usaha semacam ini agar dibantu suntikan modal dengan bunga rendah. Harapannya bisa menyokong produksi dan menarik para tenaga kerja yang ada di sekitar.

”Di Desa ini ada sekitar 40 – an konveksi, membentuk komunitas Jarum Mas. Tentu diharapkan dengan bantuan bisa mendorong ekonomi,” ujarnya. (ars/rit)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya