JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Nama Joko Suranto, crazy rich yang viral setelah membangun jalan di kampung halamannya di Grobogan, kian melambung. Bahkan, oengusaha low profile ini juga digadang ikut maju dalam bursa calon Presiden mendatang.
Pengusaha yang membangun jalan sepanjang 1.8 kilometer di daerah rumah masa kecilnya ini tepatnya di Desa Jetis, Karangrayung, Grobogan ini juga mempunyai rumah dan usaha di Solo.
“Solo mempunyai tempat tersendiri dalam hidup saya, selama 12 tahun lebih saya tinggal di Solo. Kawan dan sahabat saya, hal-hal yang menumbuhkan saya di masa remaja ada di Solo. Solo adalah sesuatu bagi saya,” ujar Joko pada awak media di Solo, Minggu (8/5/2022).
Joko mengaku banyak kenangan di Solo, termasuk ia belajar menjadi pengusaha juga saat ia tinggal di Solo.
“Sejak SMP saya dididik untuk mandiri. Saya pernah jadi makelar pegadaian, bantuin skripsi dan ngirim tembakau ke bakul di Pasar Legi. Tapi dari kecil satu poin penting yang saya pegang yaitu tidak pernah mau minta. Kalaupun saya diberi saya harus kembalikan dengan cara lainnya. Istilahnya tidak boleh kita menerima tanpa bekerja,” ungkap Joko yang saat ini memangku jabatan sebagai Ketua REI Jawa Barat.
Pria kelahiran Grobogan, 26 Januari 1969 ini pernah mengalami hidup susah dan menjalani banyak pekerjaan untuk membantu orang tuanya. Saat masih duduk di jenjang SMP, ia mengatakan pernah numpang hidup pada saudaranya atau istilahnya ngenger.
Usia lulus sekolah di MTsN Ngandong Boyolali, ia melanjutkan di SMA Muhammadiyah 1 Solo, dan lanjut kuliah di Fakultas Hukum UNS.
Mampir ke Solo, Joko selalu menyempatkan untuk bertemu teman-temannya untuk sharing dan diskusi.
“Biasanya ya saling sharing, diskusi, konsultasi. Kalau pulang ke Purwodadi saya charge kebaikan dengan melihat kawan-kawan di sana untuk terus mengingatkan saya agar tetap rendah hati, mawas diri dan membumi,” ungkapnya.
Kini Joko sukses sebagai pengusaha properti, ada tiga bidang usaha yang dimilikinya yakni properti berupa perumahan, hotel dan resort, BPR dan pabrik. Untuk properti sendiri ada 14 titik yang sebagian besar tersebar di Jawa Barat. Salah satunya Swiss Van Java Garut.
Usai viral dan disebut crazy rich, Joko mengaku menjadi lebih dikenal dan banyak yang mengirimi pesan lewat Instagram. Bapak 3 anak ini merasa memang banyak yang berubah usai menjadi viral.
“Tapi yang tidak berubah adalah persepsi dan prasangka saya tetap selalu positif dan baik pada siapapun dan apapun, terutama pada ketentuan Allah. Capek kalau punya pikiran negatif terus. Memang menyakitkan kalau ada yang minta tolong dan tidak bisa bantu. Tapi pada saat tertentu rasionalitas kita kan tetap terjaga,” urainya saat ngobrol santai bersama teman-teman media di Solo.
Joko melihat fenomena tumbuhnya mentality masyarakat yang tidak segan meminta padahal masih bisa berusaha menjadi keprihatinan tersendiri.
“Ini menunjukkan di masyarakat kita banyak yang akses ekonomi dan akses pekerjaan belum terjawab. Ini PR bersama, tugas bersama tidak hanya untuk pemerintah,” tandas pria yang saat remaja pernah menjadi makelar gadai.
Sebutan crazy rich sempat membuat Joko dan keluarganya tidak nyaman. Namun ia mengungkapkan tidak bisa melarang orang menganggapnya seperti apa.
“Awal-awal kami merasa itu tidak pas karena saya punya usaha dan sebutan crazy rich ini sempat dihubungkan dengan flexing dan lainnya, yang membuat saya berpikir akan berimbas pada kolega saya,” jelasnya.
Bahkan Joko mengatakan, selama seminggu ia dan istrinya diam di rumah. Bahkan keluarganya juga tidak upload kegiatan buka puasa bersama atau kegiatan lainnya karena takut menambah persepsi lain di masyarakat.
“Tapi setelah itu kami menyadari, itu hak mereka. Tapi kalau membawa kebaikan ya kita terima. Saya hanya butuh pencitraan kebaikan yang sebenarnya itu bisa dilakukan oleh semua orang,” paparnya.
Sebelum membangun jalan di tanah kelahirannya, Joko sudah membangun puluhan masjid di beberapa lokasi. Kebaikannya yang viral menimbulkan banyak tudingan seperti dianggap akan terjun ke dunia politik untuk menjadi bupati, gubernur hingga anggota dewan.
“Ada juga yang bilang saya mau jadi presiden. Bagi saya presiden itu alat bukan tujuan. Tujuan saya jadi orang baik dan harus memberi manfaat. Semua kita kembalikan ke prasangka baik. Semua manusia itu bisa jadi orang hebat dengan sederhana. Dengan tidak menjadi parasit sosial, bisa mandiri, menjaga keluarganya, menjaga lingkungannya itu sudah hebat. Tidak perlu nunggu kaya atau jadi pengusaha dulu baru bermanfaat bagi orang lain,” pungkasnya. (Dea/bis)