JATENGPOS.CO.ID, KLATEN – Candi Plaosan yang ada di Desa Bugisan, kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, menjadi daya tarik tersendiri, bukan semegah Candi Borobudur dan kisah Candi Prambanan, namun kisah percintaan dibalik candi kembar tersebut, membuat daya tarik tersendiri yang siap menjadi icon wisata Indonesia hingga Internasional.
Merujuk Prasasti Cri Kahulunan (842 M) disampaikan sejarahwan De Casparis, dinyatakan bahwa Candi Plaosan dibangun oleh Ratu Sri Kahulunan, gelar dari Pramodhawardani, putri Raja Samarattungga dari Wangsa Syailendra. Pramodhawardani yang memeluk agama Buddha, dan menikah dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya, yang memeluk agama Hindu.
Mereka disatukan dengan kompleks Candi Plaosan Lor (utara) bernafaskan Budha dan kompleks Candi Plaosan Kidul (selatan) bercorak Hindu.
“Kisah penyatuan cinta dari Pramodhawardani dengan Rakai Pikatan, dengan perbedaan agama membuat candi ini menjadi tenar dan menginspirasi tentang romantisme dan toleransi,” ungkap Rudi Riono, Ketua Pokdarwis Desa Bugisan, Kamis (1/12/2022).
Rudi mengakui Candi Plaosan yang ada di desanya menjadi berkah bagi warga Bugisan. Gayung bersambut, warga Bugisan pun antusias. Bahkan saat ada informasi Kampung Berseri Astra, mereka semangat mempersiapkan proposal dan aneka kegiatan.
“Bukan dadakan, kami mengembangkan potensi yang sudah ada didesa ini, apalagi saat terpilih sebagai desa binaan Astra dengan program ‘Kampung Berseri Astra’.” kata Rudi.
Rudi bersama warga optimis bisa menjadikan Desa Bugisan maju mengambil peran ‘Bangkit Bersama Untuk Indonesia’, memajukan perekonomian dan pariwisata Indonesia. Yakni dengan menggerakkan seluruh potensi desa Bugisan. Diantaranya adalah:
Kisah Romantisme Candi Plaosan
Seperti disampaikan sebelumnya tentang kisah percintaan Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani, cerita itu pula yang kini ‘dijual’ menjadikan Candi Plaosan sebagai candi penyatuan cinta dari latar belakang yang beda.
“Banyak warga yang mempercayai kisah penyatuan cinta Rakai Pikatan dan Pramodhawardhani bisa menular untuk mereka, jadi banyak pasangan yang dating kesini dengan harapan cinta mereka bersatu. Hanya sekedar berfoto, atau foto prewedding bahkan juga ada yang menikah disini,” imbuh Rudi.
Untuk itu, pihak desa pun memberikan sejumlah fasilitas seperti membangun taman lampion yang menyediakan fasilitas ruang pertemuan dan restoran. Juga fasilitas yang mendukung akses wisata.
Hanya saja, ada keresahan warga saat Badan Pengelola Cagar Budaya (BPCB) selaku pengelola memberi akses terbatas dalam pemanfaatan lingkungan sekitar candi.
“Kami serius mengelola potensi Candi Plaosan ini, kami sedang koordinasi dengan pihak BPCB selaku pengelola,” imbuh Rudi, yang didukung pemerintah desa, dalam hal ini Kades Bugisan, Heru Nugroho.
Musik Pring Sedapur
Satu lagi potensi wisata yang dimiliki desa Bugisan yang layak untuk meningkatkan potensi desa, yakni music Pring Sedapur, merupakan seperangkat gamelan yang terbuat dari bambu, karya Sutikno (85).
“Awalnya dari kreatifitas warga mau ikut lomba kentongan poskamling, hingga akhirnya berkembang jadi sajian music khas ini,” ungkap Sutikno.
Sutikno atau dikenal dengan nama Ki Sutikno Hadi, meramu dan menyulap bambu jenis ori dengan ukuran tertentu menjadi gamelan. Bentuknya mirip kentongan tapi suaranya mirip gamelan.
Bukan sekedar alat musik, Pring Sedapur berupa gamelan Jawa seperti bonang, bas, kethuk kenong, gong gede dan kendang gede. Pring Sedapur bisa dipadukan dengan gamelan dan angklung.
Bukan kaleng-kaleng, Pring Sedapur juga menarik perhatian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Menparekraf) RI Sandiaga Salahuddin Uno. Bahkan ia menyempatkan diri meninjau langsung desa Bugisan pada Jumat 1 Juli 2022.
Dalam kunjungannya, Sandiaga mengucapkan selamat atas keberhasilan desa Bugisan menyisihkan 3.500 peserta lain, yang masuk 50 besar Anugrah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022.
Kekaguman Sandiaga Uno
“Saya mengucapkan selamat, di hari Jumat ini desa wisata Bugisan masuk 50 besar desa wisata terbaik Indonesia dari 3.500 peserta dalam Anugrah Desa Wisata Indonesia,” ungkapnya saat berkunjung saat itu.
Ia menyebut daya tarik desa wisata Bugisan adalah Candi Plaosan atau Candi Kembar yang memiliki filosofi mengenai percintaan. Selain wisata candi dan alat musik Pring Sedapur buatan Ki Sutikno, produk eco print milik Desa Bugisan memiliki kualitas baik, Sandiaga juga mengapresiasi dan terpukau dengan kearifan lokal desa Bugisan seperti pengelolaan bank sampah.
Karena desa wisata Bugisan termasuk ekosistem pengembangan kawasan sub prioritas Borobudur, Sandiaga berharap hal tersebut dapat menambah jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Klaten terutama Desa Wisata Bugisan.
“Saya melihat Desa Wisata Bugisan menjadi klaster percontohan 1,1 juta pembukaan lapangan kerja baru yang berkualitas berbasis komunitas yang ada di pedesaan. Sehingga kekuatan masyarakat untuk bangkit kembali pasca pandemi bisa kita wujudkan, kita realisasikan dan target 2024 penciptaan 4,4 juta lapangan kerja baru yang berkualitas,” tandas Menparekraf yang didampingi Bupati Klaten Sri Mulyani.
Kini, Desa wisata Bugisan tidak hanya masuk 50 besar ADWI 2022 tetapi menjadi Kampung Berseri Astra, mitra binaan Astra Internasional. Kades Bugisan Heru Nugroho, menyatakan dukungan pemerintah desa saat terpilihnya Bugisan sebagai salah satu ‘Kampung Berseri Astra’.
“Warga desa Bugisan siap guyup mendukung program Kampung Berseri Astra, tidak hanya mengandalkan potensi wisata candi, kami siap mendukung wisata seni, wisata kuliner, wisata kerajinan, dan wisata alam, dengan melengkapi fasilitas infrastruktur.” Ungkap Heru.
Pungkasan, Heru menambahkan, masyarakat desa Bugisan sudah sadar wisata, terlihat dari makin banyaknya homestay atau hotel, toko souvenir termasuk kegiatan budaya seperti festival candi kembar yang rutin digelar setiap bulan September setiap tahunnya. (dea/bis)