29 C
Semarang
Jumat, 14 November 2025

Uang Rusak jadi Bahan Bakar Listrik PLTSa Putri Cempo



JATENGPOS.CO.ID, SOLO — Limbah uang tidak layak edar di Solo Raya yang nilainya mencapai Rp9 triliun pada 2024 kini punya fungsi baru yang ramah lingkungan.

Bank Indonesia (BI) Solo menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta untuk mengolah uang rusak tersebut menjadi bahan bakar campuran (cofiring) untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di TPA Putri Cempo.

Kepala Kantor Perwakilan BI Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, mengungkapkan bahwa pengiriman Limbah Racik Uang Kertas (LRUK) ke PLTSa Putri Cempo saat ini memang belum terlalu besar, yaitu sekitar 800 kilogram per pengiriman, yang dilakukan dua kali seminggu.

“BI solo sudah teken kerjasama dengan Pemkot Surakarta untuk mengirim Limbah Racik Uang Kertas ke TPA Putri Cempo untuk Pembangkit Listrik Tenaga Sampah,” Kata Dwiyanto pada awak media saat gathering, Sabtu (02/08).

Baca juga:  Sumbangkan Alat Tulis, Alfamart Apresiasi Semangat Azzam, Satu-Satunya Siswa Baru SDN Sriwedari 197 Solo

Namun, ia menegaskan bahwa ini adalah langkah awal untuk mendukung program pemerintah dalam mengubah limbah menjadi energi.

Kerja sama strategis ini ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) pemanfaatan pada 15 Juli 2025 lalu.

Saat itu Wali Kota Surakarta, Respati Ardi, mengapresiasi inovasi ini sebagai bagian dari visi Solo menuju kota hijau. Sebagai langkah awal, uji coba pemanfaatan LRUK ini akan dilakukan di Kelurahan Semanggi dan Mojo.

Saat ini, PLTSa Putri Cempo membutuhkan rata-rata 540 ton sampah per hari untuk operasionalnya. Ke depan, kebutuhan bahan bakar sampah diharapkan meningkat hingga 1.000 ton per hari, seiring dengan optimalisasi PLTSa.

Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pemkot Solo akan berupaya meningkatkan pasokan LRUK dengan menjalin kerja sama dengan pihak lain, termasuk BI Yogyakarta.

Baca juga:  Nyaris Ricuh, Grand Final Volly HUT 71 DPRD Karanganyar Diselamatkan Rekaman Video Penonton

Meskipun proyek ini menjanjikan, tantangan tetap menjadi perhatian. Pihak-pihak terkait, termasuk WALHI Jawa Tengah, menekankan pentingnya partisipasi warga, transparansi, dan pengelolaan limbah B3 yang ketat. Sementara itu, produk samping dari PLTSa seperti bottom ash dan kondensat juga diupayakan dapat diolah menjadi produk bernilai tambah seperti conblock dan disinfektan. (dea/rit)



TERKINI


Rekomendasi

...