25.9 C
Semarang
Kamis, 13 November 2025

Komisi B DPRD Jateng Apresiasi Kampung Laweyan tak Hanya Jadi Sentra Batik, Juga Destinasi Wisata Budaya



JATENGPOS.CO.ID, SOLO- Kampung Laweyan, Kota Surakarta, mampu membuktikan diri bertahan lebih dari 2 abad sebagai sentra pengrajin batik. Hingga kini, secara turun-temurun, batik telah diwariskan menjelma menjadi kekayaan non-benda nan adiluhung.

Penyematan ‘Kampung Batik’ pada kawasan ini tidak terlepas dari profesi yang dijalani mayoritas masyarakat setempat beriringan sejarah kerajinan batik yang terus berkembang di Kota Solo.

Pada Kamis (23/10/2025), Komisi B DPRD Provinsi Jateng berkesempatan melihat hasil batik Kampung Laweyan. Rombongan dipimpin langsung Ketua Komisi B Sri Hartini bersama Wakil Ketua Sholehah Kurniawati berkunjung untuk melihat langsung geliat industri batik sekaligus menyerap aspirasi para pengrajin terkait pengembangan ekonomi kreatif daerah.

Sri Hartini mengapresiasi semangat para pengrajin yang tetap mempertahankan tradisi membatik secara manual di tengah era digitalisasi.

Baca juga:  Binmas Polri Programkan Warga Papua Balajar Peternakan di Karanganyar

Ia menegaskan bahwa Komisi B berkomitmen mendukung upaya penguatan sektor ekonomi kreatif, khususnya industri batik, yang telah menjadi ikon kebanggaan Jawa Tengah.

“Laweyan adalah bukti nyata bahwa batik bukan hanya warisan budaya, tetapi juga penggerak ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Sholehah Kurniawati menambahkan bahwa pihaknya akan mendorong sinergi antara pemerintah provinsi dan kota dalam mengembangkan kawasan wisata batik Laweyan.

“Kombinasi antara nilai sejarah, budaya, dan potensi wisata “ekonomi perlu dioptimalkan agar Laweyan semakin dikenal di tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.

Komisi B DPRD Provinsi Jateng saat mengunjungi salah satu gerai batik di Kampung Laweyan, Kota Surakarta, Kamis (23/10/2025). FOTO: IST/DOK. DPRD JATENG

Kampung Laweyan sendiri memiliki sejarah panjang sebagai pusat industri batik sejak abad ke-19. Banyak juragan batik ternama berasal dari kawasan ini, termasuk pendiri Batik Danar Hadi.

Baca juga:  Hidup Sebatang Kara, Mbah Poniyem Mengeluh Belum Pernah Dapat Bantuan

Kini, Laweyan tidak hanya menjadi sentra produksi batik tradisional, tetapi juga berkembang sebagai destinasi wisata budaya yang menawarkan pengalaman edukatif bagi pengunjung yang ingin belajar proses membatik secara langsung.

Saat itu, masyarakat kawasan ini terkenal sebagai penghasil kain yang berkualitas (dibuat dengan cara tradisional). Dan karena itu pula, nama “laweyan” diberikan kepada daerah ini. Dalam bahasa Jawa, “lawe” berarti benang. (nif/muz)



TERKINI


Rekomendasi

...