Suasana Intim Tercipta di Matasora World Music Festival

JATENGPOS.CO.ID, BANDUNG – Perhelatan Matasora World Music Festival (MWMF) 2018 berlangsung meriah. Acara yang digelar untuk kedua kalinya ini, sukses menyedot wisatawan. Bukan saja wisatawan lokal, wisatawan mancanegara pun antusias. MWMF 2018 terasa lebih intim karena digelar Cijaringao Hejo Udjo, Bandung, Minggu (22/7).

Acara yang juga dihadiri Sekretaris Tim Calendar of Event Kementerian Pariwisata H Mumus Muslim, menyajikan musik dari berbagai genre, menjadikan MWMF 2018 sangat apik. Apalagi ada nuansa baru dengan berbagai konsep menarik. Lebih kerennya lagi semua dibalut dengan kentalnya kearifan budaya Sunda.

Menteri Pariwisata Arief pun sumringah melihat antusiasme penonton yang menghadiri MWMF 2018.

“Ini yang namanya Keren, Beken, Paten. MWMF selalu bisa menghadirkan terobosan-terobosan yang unik untuk menarik wisatawan datang. Ini sungguh menggembirakan. Konser musik yang menghadirkan kolaborasi berbagai macam genre musik dan kultur, tanpa meninggalkan kekayaan budayanya sendiri,” kata Menpar Arief Yahya.

iklan
Baca juga:  Pesta Reggae Bakal Terjadi di Festival Crossborder Keerom 2019

Penyelenggaraan MWMF 2018 dimeriahkan penampilan dari Saung Angklung Udjo, Ruang Kolaborasa, Klab Jazz, Jazzuality, Ethno Progresif dan lain-lain.

MWMF 2018 kian lengkap dengan sesi diskusi seni yang diisi oleh Dewan Kesenian Kota Bandung. Penampilan pamungkas dari musisi senior Doel Sumbang serta Samba Sunda membuat panggung MWMF 2018 benar-benar mencapai klimaks.

“Suguhan yang kaya warna. Dengan balutan alam dan budaya Tanah Parahyangan. Esensi seni budaya terkupas tuntas di MWMF 2018. Sehingga mampu menjadi suguhan yang mendatangkan wisatawan,” ujar Kepala Bidang Pemasaran Area I Kementerian Pariwisata Wawan Gunawan.

Yang menarik, MWMF 2018 disuguhankan dengan konsep tampa sekat antara penampil dan penonton. Interaksi aktif ini menjadikan MWMF 2018 layaknya pertunjukan bersama. Menurut Wawan Gunawan, konsep ini merupakan ide yang dilahirkan Kemenpar. Dan menjadi pembeda dari MWMF 2018.

Baca juga:  Wow, Lagu Wonderful Indonesia Berkumandang di Timor Plaza Dilli Timor Leste

“Konsep ini saya hadirkan untuk memutus konsep kaku pertunjukkan yang selama ini ada. Kita ingin wisatawan nyaman dengan keramahan khas Indonesia. Khususnya kepada wisatawan mancanegara. Lihat saja mereka begitu senang menikmati acara. Ini yang kita inginkan. Sehingga secara langsung menjadi promosi pariwisata Indonesia,” ujar Wawan Gunawan yang juga seorang Dalang Wayang Ajen itu.

Ketua Panitia MWMF Ismet Ruchimat, berharap festival ini menjadi barometer musik dunia. Sekaligus sebagai panggung musisi lokal mengembangkan kreasinya.

“Untuk itu penyelenggaraan tahun ini lebih menitik beratkan pengisi acara dari lokal. Sehingga tujuan utama dari MWMF dapat tercapai. Yaitu menaikkan nama musisi lokal ke pentas dunia,” kata Ismet.

“Terima kasih juga respons dukungan yang datang tak hanya dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat tapi juga dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pariwisata,” tuturnya lagi

Baca juga:  Buka Kembali di Era New Normal, Kakkoii Terapkan Protokol Kesehatan

Ketua Pelaksana Top 100 Calender of Event (CoE) Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuti angkat suara. Menurutnya MWMF menjadi sebuah intisari dari seniman dalam berkesenian. Suksesnya acara pun tidak lepas dari konsep unik dan matang yang ditawarkan oleh MWMF itu sendiri.

“Dampak positif yang diterima pun menjadi berlipat ganda. Dari segi atraksi, MWMF sukses mendatangkan wisatawan. Dari segi pemberitaan pun demikian. Nama Cijaringao Hejo Udjo, Bandung makin terangkat. Terlebih ini merupakan embrio dari pasar digital Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jawa Barat,” paparnya.

Selain itu, festival ini menjadi sebuah barometer atraksi seni budaya dalam mendukung kepariwisataan Indonesia. “Maju terus seni budaya Indonesia. Maju terus pariwisata Jawa Barat. Salam Pesona Indonesia,” pungkas Esthy yang juga Staf Ahli Bidang Multikultural Kemenpar itu. (udi)
iklan