JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Kisah Yayasan Lentera Surakarta tidak hanya kepedulian sosial yang luar biasa karena mau menampung anak-anak tertilar virus HIV/AIDS. Tetapi sekaligus kisiah sedih karena tidak semua anak yang ditangani bisa berhasil selamat.
Meski 29 anak yang ditampung Yayasan Lentera Surakarta ini sudah tidak menular, mereka bukan berarti bisa sembuh semuanya. Ada diantara mereka yang gagal diusia SD, SMP, maupun SMA.
Mengapa? Karena mereka saat datang ke panti sudah dalam keadaan akut. Sehingga penanganan medis yang dilakukan sudah tidak mampu menahan laju virus yang sudah ada di dalam tubuhnya. Apa lagi “menghilangkan virusnya”, akan lebih berat lagi.
Yunus Prasetyo, Ketua Yayasan Lentera Surakarta menyampaikan, sejak menangani panti ini tahun 2013, sudah 18 anak yang meninggal di pantinya. Mereka rata-rata usia SD dan SMP.
“Nyawanya tidak bisa tertolong lagi karena sudah akut. Saat masuk di panti sudah seperti terlambat,”katanya, saat podcast kepada JatengPosTV, 18 Oktober 2022 lalu.
Mereka yang dianggap terlambat itu, kata Yunus, karena terlalu lama tinggal di rumah keluarganya tanpa penanganan yang baik. Sehingga ketika diantar ke panti melalui Dinsos, kesehatanya sudah memburuk. Misalnya sudah timbul gejala tertular HIV. Seperti kulit banyak bercak merah. Lidah sudah memutih banyak sariawan. Sering demam. Badan lemah dan mengurus. Hingga mencret setiap hari.
“Kalau sudah seperti itu, kecil peluang bisa membaik atau bahkan membuat virusnya hilang sehingga tidak terdeteksi. Meskipun tika tangani dengan baik dengan rutin minum obat ARV dan kontrol kesehatan,”imbuhnya.
Kalau gejalanya sudah akut, mereka di panti seperti tinggal bertahan saja. Tetapi jika saat datang ke panti masih belum timbul gejala, mereka masih bisa hidup lama. Atau bahkan virusnya tidak terdeteksi lagi. Meski tidak terdeteksi itu bukan berarti virusnya hilang 100 persen.
“Tetapi untuk sampai tidak terdetek itu adalah keberhasilan yang luar biasa,”katanya lagi.
Dia sangat bangga, dari 39 anak yang diasuhnya ada beberapa yang selamat sampai sekolah SMA. Artinya, pengobatan yang dilakukan sangat berhasil. Semoga yang sudah SMA bisa selamat sampai dewasa dan berumahtangga.
“Kami bersyukur sekali, ada anak-anak kami yang hidup sampai usia SMA. Ini prestasi kami, karena banyak yang gagal di usia SMP, bahkan sudah 18 anak kami yang sudah meninggal. Kami sedih sekali, mereka sudah seperti anak-anak kami sendiri,”kenang Yunus.
Karena itu kuncinya, kata Yunus, jangan sampai diantara keluarga kita ada yang punya gejala lalu terlambat. Jangan pernah malu memeriksakan diri. Jika ada gejala segera ke dokter supaya tertangani.
Diantara 39 anak di pantinya, dulunya berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu. Mereka umumnya lahir dari ibu yang mengidap sehingga tertular. Karena kurang pemahaman, akhirnya dibiarkan terlambat.
Ibu mereka umumnya juga meninggal setelah melahirkan. Sehingga anak-anak itu umumnya yatim piatu. Mereka ditampung gratis. Untuk bisa masuk yayasan Lentera syaratya harus dirujuk Dinsos setempat. Panti tidak boleh mengambil langsung laiknya panti asuhan karena ini anak-anak tertular HIV.
“Alhamdulilah meski ada yang gagal, kita juga berhasil menangani kesehatan anak-anak sehingga mampu kita kembalikan lagi kepada keluarganya supaya bersatu dan dirawat lebih baik,”kata Yunus.
Yunus berharap, makin banyak orang yang peduli kepada anak-anak tertular HIV. Jangan seperti yang mereka alami saat awal-awal dulu. Pantinya pernah diusir tiga kali oleh warga. Warga takut tertular. Padahal tidak menular. Karena penularan tidak melalui kontak fisik dan pergaulan. Tetapi melalui hubungan seksual bebas kepada orang yang mengidap.
Karena diusir berulang kali itulah, kini pantinya meninggali lahan makam yang jauh dari pemukiman warga. Yayasan Lentera meninggali rumah milik Dinsos Solo di Jln Ir.Sutami, Jebres Solo, yang berada di lokasi makam taman pahlawan.
“Pesan kami selalu, dekati orangnya, jauhi penyakitnya,”katanya. (jan)