JATENGPOS.CO.ID, SRAGEN – Kasus demam berdarah dengue (DBD) Kabupaten Sragen pada awal tahun ini meningkat. Setidaknya pada pekan ke empat Januari 2024 terdapat 32 kasus DBD di Bumi Sukowati dengan satu korban meninggal dunia.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Sragen, laporan suspek demam berdarah mencapai 227 laporan. Sementara dari hasil pemeriksaan lebih lanjut yang dinyatakan DBD hanya 32 kasus.
Sekretaris Dinkes Sragen, Fanni Fandani menjelaskan, kasus DBD terbanyak ditemukan di wilayah Kecamatan Sumberlawang yakni 8 kasus. Disusul kecamatan Mondokan 5 kasus. Ksus tertinggi ketiga Kecamatan Plupuh dengan 4 DBD. Sementara sisanya terjadi di beberapa kecamatan 1-2 kasus di kecamatan, Masaran, Ngrampal dan lainnya.
Dari 20 kecamatan di Sragen yang zero kasus DBD hanya 6 kecamatan. Meliputi Kalijambe, Sambungmacan, Karangmalang, Sidoharjo, Gemolong dan Jenar.
“Laporan kasus memang banyak ya sampai 227 kasus. Tapi setelah dipastikan dengan uji laboratorium itu yang positif DBD hanya 32 itu,” kata Fanni Fandani, Jumat (2/2).
Dia mengakui laporan kasus DBD tertinggi di Kecamatan Sumberlawang dengan 49 laporan demam dengue. Tapi kasus DBD positif hanya 8 pasien.
“Dari 32 kasus positif DBD ini ada satu pasien yang meninggal dunia,” ucap Fanni.
Dengan tingginya kasus DBD di Sragen, Fanni mengimbau masyarakat agar menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kemudian meningkatkan gerakan PSN (pemberantasan sarang nyamuk) secara rutin mengingat ini musim penghujan.
“Kita PSN itu rutin di Puskesmas atau di lingkungan masyarakat. Kan PSN itu dari masyarakat pendampingan itu dari kader. Harusnya kalau melihat bak mandi harus pakai senter, kemudian cara mengurus dan 3M dilaksanakan dengan benar,” kata Fanni.
Tak hanya itu bagian Promosi Kesehatan (Promkes) Dinkes Sragen juga rutin menggelar sosialisasi di CFD. Pihaknya juga membagikan serbuk Abate cuma-cuma kepada masyarakat.
“Di CFD kita rutin sosialisasi PSN bagi-bagi Abate yang butuh silahkan menghubungi petugas. Yang dikasih itu yang tidak bisa dikuras, seperti bak air toren itu,” ujar Fanni.
Sementara itu peran kader pemantau jentik nyamuk melalui gerakan satu rumah satu jumantik kembali diefektifkan. Pihaknya berharap semua masyarakat gotong royong dalam melakukan PHBS dan PSN.
“Kalau satu rumah tok yang rajin tapi tetangga gak rajin ya percuma,” ucap dia. (ars)