Talking Stick Tingkatkan Partisipasi Belajar Ekonomi

Achmad Sobirin, SE Guru SMA Negeri 1 Baturraden
Achmad Sobirin, SE Guru SMA Negeri 1 Baturraden

Materi pendapatan nasional pada mata pelajaran ekonomi klas XI SMA merupakan salah satu materi yang sangat dinamis, maka peserta didik dituntut untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Supaya tujuan pembelajaran tercapai dan peserta didik aktif mengikuti pelajaran dengan senang maka perlu perencanaan dan penentuan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang cocok diterapkan pada materi pendapatan nasional adalah talking stick.

Model pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif, guru memberikan peserta didik kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain dengan cara mengoptimalisasikan partisipasi peserta didik (Lie, 2002:56). Kemudian menurut Widodo (2009) mengemukakan bahwa talking stick merupakan suatu model pembelajaran yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran. Peserta didik yang mendapat tongkat akan diberi pertanyaan dan harus menjawabnya. Kemudian secara estafet tongkat tersebut berpindah ke tangan peserta didik lainnya secara bergiliran. Demikian seterusnya sampai seluruh peserta didik mendapat tongkat dan menjawab pertanyaan.

Baca juga:  Musik di Kelas Rendah, Belajar Lebih Menyenangkan

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran talking stick merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang menggunakan sebuah tongkat sebagai alat penunjuk giliran menjawab pertanyaan dan memberikan kesempatan untuk mandiri, berani serta bekerja sama dengan peserta didik lain sehingga mengoptimalisasikan partisipasi peserta didik.

Model pembelajaran talking stick menuntut semua peserta didik aktif dan berani berbicara. Diharapkan peserta didik terbiasa serta mudah untuk mengingat materi pelajaran yang telah diberikan. Hal ini meminimalisir terjadinya monopoli kelas oleh peserta didik-peserta didik yang pintar dan berani , sehingga keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam kelas menjadi merata . Penerapan model Talking Stick menyebabkan peserta didik bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan. model Talking Stick dikatakan menyenangkan karena didalam tongkat tersebut tidak hanya berisi soal-soal tetapi juga soal kosong atau soal pengalihan untuk menghindari terjadinya senam jantung pada diri peserta didik dan karena permainan tersebut diiringi oleh iringan musik. Unsur permainan dalam pembelajaran akan menimbulkan motivasi dalam diri peserta didik untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.


Baca juga:  Pembelajaran Pada Anak Tunagrahita dengan Ketulusan

Langkah –langkah pembelajaran talking stick Menurut Suyatno (2009:124) adalah sebagai berikut : a. guru menyiapkan sebuah tongkat. b. guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangan/paketnya. c. setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan peserta didik untuk menutup bukunya. d. guru mengambil tongkat dan memberikan kepada peserta didik, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan peserta didik yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru. e. guru memberikan kesimpulan. f. evaluasi. g. penutup.
Kelebihan model talking stick

Baca juga:  “UTABI”OptimalkanPembelajaran Biologi

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick. Kelebihan dari model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:1. Peserta didik terlibat langsung dalam kegiatan belajar, 2. Terdapat interaksi antara guru dan peserta didik, 3. Peserta didik menjadi lebih mandiri, 4. Kegiatan belajar lebih menyenangkan
Kelemahan model talking stick .

Adapun kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut:1. Peserta didik cenderung individu, 2. Materi yang diserap kurang, 3. Peserta didik yang pandai lebih mudah menerima materi sedangkan peserta didik yang kurang pandai kesulitan menerima materi.


Achmad Sobirin, SE
Guru SMA Negeri 1 Baturraden