JATENGPOS.CO.ID, BATUSANGKAR – Tanah Datar, Sumatera Barat, menghadirkan beragam festival unik dan menarik saat libur Lebaran. Sedikitnya ada 3 festival yang dirilis usai Lebaran. Ada Festival Alek Pacu Jawi, Pasar Van der Capellen, dan Lintau Expo.
Sebelumnya, Tanah Datar susah menggelar Festival Takbiran, Selasa (4/6) malam. Acara tersebut digelar di Lapangan Cindua Mato, Batusangkar, Tanah Datar.
“Kami ingin memberikan kesan berbeda sepanjang perayaan Lebaran 2019. Festival Takbiran kemarin itu digelar meriah. Pesertanya banyak dan publik memberikan apresiasi luar biasa,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Parpora) Kabupaten Tanah Datar Abdul Hakim.
Usai Lebaran, event pertama yang digelar adalah Festival Alek Pacu Jawi, Sabtu (8/6). Event ini digelar dalam sawah berlumpur. Tracknya biasa menggunakan sawah yang belum ditanami padi. Pacu Jawi sejatinya balapan sapi. Budaya tersebut sudah ada sejak ratusan silam. Awalnya digunakan sebagai pesta petani menyambut masa panen.
Pacu Jawi dikendalikan oleh seorang joki. Joki tersebut tugasnya mengendalikan sepasang jawi (sapi) yang berlari hingga batas yang ditentukan. Agar larinya semakin kencang, joki kadang menggigit ekor jawi. Status pemenang ditentukan berdasarkan lurusnya lari jawi menuju garis finish. Jawi yang muncul sebagai juara otomatis melambungkan harga jualnya.
“Kami tampilkan warna budaya khas Tanah Datar. Bagaimanapun, ini merupakan aset wisata yang luar biasa. Alek Pacu Jawi merupakan kekayaan dan tradisi turun temurun,” terang Abdul Hakim.
Pacu jawi saat ini masih sering digelar pada 4 kecamatan. Tepatnya Kecamatan Pariangan, Rambatan, Lima Kaum, dan Sungai Tarab. Menariknya, sebelum perlombaan, ada arak-arakan Jawi. Jawi-Jawi tersebut lalu dihias dengan beragam asesoris. Ada suntiang atau asesoris di kepala beserta pakaiannya. Jawi lalu dibawa menuju arena lomba dengan iringan musik talempong.
“Tanah Datar ini menjadi destinasi luar biasa. Ada banyak experience budaya yang bisa dinikmati oleh wisatawan. Festival-festival yang ditampilkan oleh Tanah Datar tentu sangat menarik. Ideal sebagai spot untuk menikmati libur Lebaran,” jelas Asdep Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.
Usai Alek Pacu Jawi, Tanah Datar menawarkan Festival Lintau Expo. Event ini digelar 9-11 Juni 2019. Festival tersebut mengeksplorasi semua potensi wisatanya. Ada kuliner, kesenian, silat, dan beragam produk Anak Nagari yang terpendam selama ini. Sebagai destinasi, Tanah Datar punya aneka kuliner khas. Sebut saja, Nasi Padeh, Lamang Tapai, Randang Baluik, Dadiah, Daun Kawa, hingga Sale Pisang.
Experience wisatawan dijamin lengkap dengan tampilan keseniannya. Tanah Datar memiliki kesenian khas, seperti Lukah Gilo. Kesenian ini sarat dengan nuansa magis. Lukah merupakan perangkap ikan yang terbuat dari rotan, lalu Gilo artinya gila. Artinya, Lukah ini menjadi tak terkendali setelah dirasuki jin. Selain itu, ada juga Randai, Saluang, Tari Piring, Talempong, Alu Katentong dan Satampang Baniah.
“Sama seperti wilayah Minang lainnya, Tanah Datar sangat kaya dengan kesenian dan kulinernya. Untuk kulinernya, cita rasanya sudah pasti nikmat. Untuk itu, festival-festival ini jangan sampai terlewatkan begitu saja,” tegas Dessy lagi.
Rangkaian pesta Lebaran 2019 versi Tanah Datar ditutup dengan Festival Pasar Van der Capellen. Spot milik GenPI Tanah Datar akan menggelar beragam keramaian setiap Minggu. Lokasinya di kawasan Benteng Van Der Capellen yang merupakan peninggalan Belanda. Menjadi destinasi digital, destinasi ini didesain dengan konsep Minang Tempo Dulu.
Selain juga menyajikan kuliner radisional, Pasar Van Der Capellen juga menyiapkan beragam hiburan. Ada pertunjukan Silek, Tari Minang Talempong, dan beragam kesenian khas Minang lainnya. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan, rangkaian festival di Kabupaten Tanah Datar memiliki fungsi strategis.
“Tanah Datar ini luar biasa. Memberi kesan dalam libur Lebaran melalui potensinya. Rangkaian festival yang digelar tentu menjadi branding besar. Lebih penting, aktivitas ini makin menguatkan value secara ekonomi dari destinasi tersebut. Pergerakan ekonomi di sana semakin positif. Masyarakatnya pun bisa menikmati keuntungan ekonomi dari beragam transaksi,” tutup Arief yang juga Menpar Terbaik Asia Pasifik. (rif)