30.8 C
Semarang
Sabtu, 9 Agustus 2025

Kenalkan Solusi Alami, Mahasiswa Dampingi Petani Lawan Hama Tikus

JATENGPOS.CO.ID, SUKOHARJO – Permasalahan hama tikus yang selama ini menjadi momok bagi petani di Desa Kenokorejo, Kecamatan Polokarto, Sukoharjo, menginsipirasi mahasiswa KKN IPB di desa tersebut.

Melalui program kerja khusus bernama SATU PADI (Sapu Tikus untuk Produktivitas Padi), Tim KKN IPB memperkenalkan solusi alami dan ekonomis untuk memberantas hama tikus.

Tim terdiri dari M. Hanif Syarofi, Muhammad Nashir Sholahuddin, Ayyashy Putri Inar, Felisa Ailsa Prillia, Brevilda Mutiarasari Kusuma Dewi, Bima Rizqy Ramadhan, Athaya Syiraliesni Marvelianty dan Rahmah Hadiyanah.

“Program ini digagas sebagai respons atas permintaan dari perangkat desa dan para petani yang telah lama menghadapi kerugian akibat serangan tikus.” Kata Brevilda salah satu mahasiswa, Rabu (06/08).

Melalui pendekatan kolaboratif, mahasiswa KKN IPB tidak hanya memberikan teori, tetapi juga mengajak petani untuk terlibat aktif dalam praktik pembuatan repelen dan rodentisida alami.

Baca juga:  Suara Lebih Memukau Dan Masa Pakai Lebih Panjang

Salah satu inovasi yang diperkenalkan adalah repelen alami berbahan dasar buah bentis (mengkudu). Repelen ini dibuat melalui proses fermentasi yang menghasilkan ekstrak pengusir tikus.

Ide ini berawal dari pengalaman Suwarno, Ketua RT 03 Dukuh Grogol, yang sebelumnya sudah berhasil mengusir tikus dengan metode serupa.

Proses pembuatannya pun cukup sederhana dan hemat biaya. Sebanyak 1 kg buah bentis matang dilumatkan, kemudian dicampur dengan 5-6 liter air dalam ember cat 20 liter. Setelah ditutup rapat, campuran ini difermentasi selama 20-30 hari.

Ekstrak yang dihasilkan kemudian disaring dan bisa langsung diaplikasikan ke tanaman padi yang sudah berumur minimal 20 hari.

Selain repelen, mahasiswa KKN IPB juga memperkenalkan rodentisida alami untuk membunuh tikus secara langsung. Ramuan ini menggabungkan bahan-bahan beracun alami dari tembakau, umbi gadung, dan urine kelinci.

Baca juga:  Xiaomi Indonesia Perkenalkan brand campaign #AlwaysReady di Kota Semarang

“Efektivitas kombinasi ini telah dibuktikan oleh Joko, Ketua GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) Kenokorejo,” imbuhnya.

Proses pembuatannya sedikit lebih kompleks namun tetap terjangkau. Empat kilogram tembakau dan empat kilogram umbi gadung yang sudah dicacah dicampur dalam gentong 150 liter. Kemudian, ditambahkan sekitar 30 liter urine kelinci dan air hingga bahan terendam, lalu didiamkan minimal selama seminggu. Hasil fermentasi ini dapat disaring dan diaplikasikan ke petak sawah.

Dengan adanya program ini, diharapkan petani Kenokorejo dapat meningkatkan produktivitas padi mereka tanpa harus khawatir akan serangan hama tikus yang merusak. (dea/rit)


TERKINI

Rekomendasi

Lainnya

Gmedia Peduli Covid-19

Jaringan 4G XL Axiata Terus Meluas

Ini Tips Pasang Modem Wi-Fi XL Home...

XL Axiata Siapkan Jaringan 5G dan 4G

Indosat Perkuat Jaringan dengan AI