Terduga Teroris Miliki Tiga Istri dan Anak Dilarang Sekolah

JATENGPOS.CO.ID, BANYUMAS – Densus 88 menangkap dua orang berisial SI/Sidik (33) dan SL (33) di jalan Agus Salim, Karang Pucung, Purwokerto Selatan, Banyumas Kamis (1/2). Keduanya ditangkap karena diduga terkait dengan terduga teroris di Temanggung.

Kepala Urusan Pemerintahan Desa Pasir Wetan, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Ali Sambadi mengatakan, Si sering pulang malam dan jarang bergaul. ”Penampilannya biasa saja dan istrinya tidak bercadar,” katanya di sela penggeledahan yang dilakukan Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror di rumah Si, Desa Pasir Wetan, Kecamatan Karanglewas, Banyumas, Kamis sore.

Kendati demikian, pihaknya sudah lama mengawasi gerak-gerik Si yang telah tiga tahun tinggal di rumah yang dibelinya itu.

Baca juga:  Akademisi Sebut Kaum Milineal Harus Terlibat Dalam Proses Pemilu

Perangkat desa setempat pernah meminta data keluarga, termasuk kartu tanda penduduknya, namun Si tidak pernah memberikannya.

iklan

“Dulu pernah menggelar pengajian dengan warga. Dua warga kami yang ikut juga laporan,” katanya.

Akan tetapi, katanya, saat hendak dilaporkan ke Kepolisian Sektor Karanglewas, dua warga yang pernah ikut pengajian itu tidak mau menjadi saksi.

Terkait dengan pengajian yang digelar Si, pihaknya bersama warga pernah membubarkannya karena isinya menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan radikalisme.

“Pengajiannya digelar malam hari dan mendatangkan orang dari luar daerah,” katanya.

Ia mengatakan Si diketahui memiliki tiga istri, salah satunya tinggal di Desa Pasir Wetan yang rumahnya digeledah oleh Densus 88, sedangkan lainnya di Kelurahan Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Banyumas.

Baca juga:  BPOM RI Instruksikan Impor Ikan Kaleng Dihentikan

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Karangpucung, Kecamatan Purwokerto Selatan, Windu Supomo, mengaku curiga terhadap rumah yang selama ini dijadikan gudang sandal dan mainan oleh Si dalam beberapa waktu terakhir sering digunakan untuk kegiatan oleh sejumlah orang pada malam hari.

“Dia tinggal di sini sejak tahun 2012 dan berdasarkan informasi dari warga sekitar, anaknya (anak Si, red.) tidak ada yang sekolah, mereka sekolah sendiri di atas sana (‘home schooling’, red.). Saya sendiri tidak tahu berapa anaknya, tapi cukup banyak, masih kecil-kecil,” katanya. (drh/ant)

iklan