JATENGPOS.CO.ID-Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat lebih dari 800.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya, dan yang tertinggi adalah pada usia muda (data 2019). Peneliti Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi Riset Kesehatan – BRIN, Yurika Fauzai Wardhani, dari 2.112 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang tahun 2012 sampai 2023, ada 985 kasus yang terjadi pada remaja atau sekitar 46,63% dari keseluruhan jumlah.
Beberapa faktor yang menyumbang pada tekanan psikologis remaja adalah tuntutan akademis yang tinggi, norma sosial, ekspektasi teman sebaya, tekanan ekonomi. Faktor – faktor ini dapat menyebabkan perasaan isolasi, kesepian, dan kecemasan, yang dapat berujung pada masalah kesejahteraan mental. Langkah-langkah konkret yang perlu diambil adalah kebijakan dalam layanan kesehatan mental, pengembangan program pendidikan yang mendukung kesejahteraan emosional, serta regulasi yang lebih ketat terhadap konten media yang berpotensi merugikan remaja.Hal ini menjadi langkah – langkah yang dapat membantu mengurangi prevalensi masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Selain itu,dengan memperkuat peran lembaga pendidikan sebagai pusat sumber daya kesehatan mental. Guru dan konselor perlu dilatih untuk mengenali tanda – tanda masalah kesehatan mental, memberikan dukungan yang sesuai, dan mengarahkan remaja ke sumber daya yang tepat. Sekolah dapat menjadi lingkungan yang mendukung pertumbuhan emosional dan sosial, yang memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi remaja untuk mengelola stres dengan menciptakan budaya lingkungan sekolah yang baik serta memberikan dukungan sistem kepada konselor untuk menjadi sahabat siswa. Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli secara berkelanjutan dan sistematis. Sedangkan, bibliokonseling sebagai bentuk layanan dan bidang bimbingan dan konseling, menawarkan pendekatan yang unik dan inovatif dalam membantu konseli dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Dari hal di atas, maka penulis berminat untuk memberikan layanan bibliokenseling dalam kegiatan literasi. Hal ini diharapkan siswa SMA Negeri 4 Semarang khususnya kelas XI merasakan kedamaian secara psikologis. Bibliokonseling, sebagai metode yang melibatkan penggunaan buku dan literatur sebagai alat utama, memberikan alternatif yang menarik dan efektif bagi guru bimbingan dan konseling dalam memberikan layanan pada siswa (Bahari 2023).Salah satu hasil dari observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran dan siswa adalah bahwa pendekatan ini mampu menciptakan suasana damai bagi siswa.
Beberapa dimensi dan aspek dari penggunaan bibliokonseling dalam dunia pendidikan diantaranya adalah:(1) Peningkatan Keterampilan Literasi Emosional.(2) Refleksi dan Pengembangan Identitas,(3) Pemecahan Masalah melalui Analisis Karakter,(4) Membangun Keterampilan Sosial dan Empati,(5) Menangani Isu-Isu Kesehatan Mental melalui Narasi,(6) Integrasi Bibliocounseling dalam Kurikulum,(7) Pengembangan Perpustakaan dan Sumber Daya Literatur, (8) Pelibatan Orang Tua dan Komunitas,(9) Evaluasi dan Penyesuaian,(10) Meningkatkan Keterlibatan Siswa
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa biblikonseling merupakan alat yang efektif dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung kesejahteraan siswa secara menyeluruh. Dengan fokus pada pengembangan literasi emosional,refleksi identitas, keterampilan sosial, dan pemecahan masalah, bibliokonseling mampu memberikan dampak positif yang mendalam pada perkembangan pribadi dan sosial siswa. Oleh karena itu, peningkatan dukungan dan integrasi metode ini dalam pendidikan dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk generasi yang lebih tangguh, berdaya, dan damai dengan diri mereka sendiri.
Oleh : Adhisty Wisudaningtyas, S.Psi, M.Psi
Guru Bimbingan dan Konseling
SMA Negeri 4 Semarang