Kemajuan tekhnologi terutama dalam bidang komunikasi terutama ditemukannya gadget, telepon genggam atau lebih dikenal dengan hape, yang saat ini semakin menguasai masyarakat bahkan sampai pada anak-anak usia sekolah. Akses informasi sangat mudah diakses, apapun informasinya baik dari dalam maupun luar negeri. Hampir semua bisa didapatkan melalui benda kecil nan pintar ini.
Tetapi ada dampak yang kurang baik dengan adanya hand phone ini. Salah satunya yaitu berkurangnya minat baca siswa terhadap bacaan di sekolah misalnya buku-buku pelajaran. Bahkan perpustakaan sekarang hanya beberapa siswa yang datang dan membaca di perpustakaan. Seperti yang sedang terjadi pada siswa kelas 4 SD Negeri Brengkol, kecamatan Pituruh Kabupaten Purworejo. Buku-buku ilmu pengetahuan hampir tidak pernah terjamah, mungkin hanya buku cerita yang kadang masih dibaca siswa itupun sangat jarang. Padahal dengan membaca buku selain meningkatkan kemampuan membaca, kemampuan memahami isi bacaan, dan menambah wawasan pengetahuan.
Minat baca sendiri merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya pemerintah dalam menunjang keberhasilan program pendidikan nasional yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan untuk menghadapi persaingan dalam berbagai hal. Bagaimana akan meningkatkan kualitas siswa jika siswa sendiri tidak berminat dalam membaca. Guru dituntut untuk bisa mengarahkan siswa agar kembali lagi berminat terhadap bacaan baik fiksi maupun non fiksi.
Salah satu usahanya adalah dengan membuat “jokcakel” akronim dari pojok baca kelas. Disebut pojok baca kelas karena memang letaknya di pojok kelas boleh dibagian kanan atau bagian kiri belakang kelas. Pojok Baca merupakan pemanfaatan sudut ruang kelas sebagai tempat koleksi buku dari para siswa di tiap-tiap kelas. Koleksi buku tersebut ditata secara rapi dan menarik di dalam rak (Alfian Handina Nugroho, Ratna Puspitasari dan Euis Puspitasari, 2016:189). Diusahakan buku- buku yang ada di pojok baca kelas adalah buku ilmu pengetahuan dan keterampilan itu yang utama, kemudian buku bacaan ringan,majalah, koran,cerita pendek dan yang lainnya. Dan penataan pojok baca kelas tersebut juga dibuat semenarik mungkin, tertata rapi, bersih dan berilah hiasan atau ornament warna warni sehingga siswa tidak bosan. Jadikanlah sebagai hal baru, yang membuat penasaran siswa dan ingin masuk ke dalamnya. Tidak perlu terlalu luas asalkan bisa untuk mengambil buku bacaan. Jika mempunyai ruang kelas yang besar bisa dibuat lebih luas lagi. Jika ruang kelasnya kecil harus disesuaikan jangan sampai pojok baca kelasnya lebih besar daripada ruang kelasnya. Pojok baca kelas mungkin mirip dengan perpustakaan hanya dalam bentuk mini dan tentu saja bacaannya tidak lengkap. Guru harus menata ulang buku buku yang akan diletakkan di pojok baca kelas agar siswa tidak bosan, harus pintar memilih bacaan yang disenangi siswa.
Setelah pojok baca kelas dibuat kemudian sudah diberlakukan untuk seluruh siswa kelas 4 SDN Brengkol kecamatan Pituruh kabupaten Purworejo, maka hasilnya mulai tampak. Siswa sudah menunjukkan minat membacanya. Yang tadinya hanya penasaran dengan pojok baca kelas sekarang sudah senang membaca saat sebelum pelajaran dimulai, waktu istirahat, sepulang sekolah menyempatkan walau hanya sekitar 10-20 menit, bahkan siswa menjadi lebih kritis setelah melihat bacaannya masih belum berganti dan minta kepada guru agar buku bukunya diganti, disamping itu jika kesulitan mengerjakan soal mereka mencari referansi di pojok baca kelas.
Memang pojok baca kelas ini membantu meningkatkan minat baca siswa, dan juga meningkatkan kemampuan guru juga untuk dapat mengelolanya dengan baik, secara tampilan juga isinya. Diharapkan tidak hanya satu kelas saja tetapi untuk semua kelas, agar siswa mampu meningkat minat bacanya.
Oleh:
Tyas Wisnu Pramudiati, S. Pd.
Guru SDN Brengkol, Kec. Pituruh, Kab. Purworejo