Tradisi Saparan Desa Truko Bringin, Pengajian hingga Pesta Rakyat

SENI TRADISIONAL: Penampilan salah satu peserta membawakan tari tradisional memeriahkan Saparan Desa Truko, Kecamatan Bringin, Sabtu (9/9/2023). FOTO:MUIZ/JATENGPOS

UNGARAN. JATENGPOS.CO.ID- Jejak peninggalan Walisongo ternyata ada di wilayah Kabupaten Semarang. Tepatnya, di Desa Truko, Kecamatan Bringin, terdapat bangunan masjid yang dipercaya sebagai peninggalan Walisongo. Keberadaan situs bersejarah itu diuri-uri warga setempat hingga sekarang.

Bangunan peninggalan Walisongo tersebut dikenal dengan sebutan Masjid Demak. Bentuk bangunan tidak seberapa luas dan megah, namun anemo masyarakat sangat tinggi sejak dulu setiap hari tidak pernah putus menjadikan sebagai tempat ibadah sholat lima waktu.

Bertepatan tanggal 10 Sapar atau 26 Agustus 2023 lalu warga Truko dan sekitarnya mengadakan pengajian akbar dan mujahadah di masjid Demak. Ratusan warga berkumpul dengan membawa makanan untuk sedekahan selama digelar pengajian.

Ketua Panitia Perayaan Saparan Desa Truko, Paryanto mengatakan, rangkaian peringatan nguri-nguri masjid Demak puncaknya diadakan Pesta Rakyat berupa gelar seni budaya tradisional di lapangan Truko pada Sabtu (9/9/2023). Gemebyar acara terlihat dari banyaknya jumlah peserta yang tampil memeriahkan acara.

iklan
Baca juga:  Kurangi Sampah Plastik, Pesta Rakyat Jawa Tengah Ingin Tiadakan Penggunaan Plastik

“Ada sekitar 1.500 peserta mengikuti acara ini, banyak seni tradisional yang ditampilkan juga ada hadroh dan tembang dolanan,” jelasnya kepada Jateng Pos, kemarin.

Peserta yang tampil paling banyak berasal dari siswa-siswi dari sejumkah SD, MI, dan MTs yang ada di Truko. Turut memeriahkan juga sejumlah kelompok ibu-ibu pengajian. Acara utama gelaran ini menampilkan seni budaya Reog dibawakan kelompok kesenian dari Musuk, Boyolali.

“Momen Saparan tujuan untuk menghibur masyarakat juga kita manfaatkan membuka stand bagi para pelaku UMKM dan pedagang warga Truko untuk berjualan. Ada sebanyak 80 stand tenda, dan non tenda sebanyak 25 stand,” tandasnya.

Kegiatan digelar sejak pagi hingga malam hari itu tidak henti-henti mendapat sambutan dari masyarakat Truko dan sekitarnya. Terlihat penonton menyemut mengerubungi lokasi depan panggung yang dijadikan ajang atraksi kesenian. Tradisi Saparan ini memang menjadi agenda tahunan warga setempat.

Baca juga:  Gelar Khitan Massal Untuk Anak - Anak Yang Membutuhkan

“Sejak jaman leleuhur kita dulu tradisi Saparan selalu diadakan setiap tanggal 10 Sapar. Sejak dulu diadakan pengajian dan mujahadah di Masjid Demak. Sedangkan kegiatan Pesta Rakyat kita adakan kali ini merupakan yang keenam,” ungkapnya.

Tentang sejarah keberadaan masjid peninggalan Walisongo di Truko, dijelaskan Paryono, berdasarkan cerita turun-temurun sejak leluhur desa, dulunya Walisongo pernah berencana mendirikan Masjid Agung di Truko. Entah apa penyebabnya, rencana itu dibatalkan kemudian diwujudkan dengan membangun Masjid Agung di Bintaro Demak.

“Ceritnya, waktu itu Walisongo sudah membuat pengimaman masjid, tapi kemudian dibatalkan dan diganti dengan membangun Masjid Agung di Bintaro,” pungkasnya.

Kepala Desa Truko, Tikman mengapresiasi acara Saparan yang diinisiasi anak-anak muda desa Truko. Diharapkan Saparan diadakan setiap tahun bersamaan perayaan nguri-uri Masjid Demak. Dirasakan banyak sekali manfaatkannya selain ajang hiburan juga silaturahmi antarwarga dan pemberdayaan perekomian warga.

Baca juga:  Ngesti Nugraha Beberkan Alasan Visi-Misi Kabupaten Semarang 'BERDIKARI' Harus Dilanjutkan

“Manfaatnya banyak sekali tidak sekedar hiburan tapi ada jalinan silaturahmi warga yanga terasakan juga perekonomian warga dapat bergerak adanya stand untuk jualan dan ajang promosi produk unggulan Truko,” ujarnya kepada Jateng Pos, Sabtu (9/9/2023). (muz)

iklan