JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Tradisi Titiran yang digelar oleh warga Kampung Batik di Kampung Djadoel Rejomulyo Semarang Timur, bisa menjadi pelengkap atraksi pertempuran lima hari Semarang.
Hal ini disampaikan oleh Wakil Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu, saat menyaksikan atraksi tradisi Titiran, Minggu 17 Oktober 2021.
Mbak Ita saapaan wakil walikota menyampaikan, dari jalan ceritanya ada keterkaitan dengan peristiwa sejarah pertempuran Lima Hari Semarang.
Karenanya, untuk semakin memperkuat keterikatan sejarah maka perlu digali strory telling yang kuat untuk menemukan benang merahnya.
“Ini jadi benang merah antara atraksi pertempuran di tugu Muda dan di Rejomulyo,” katanya.
Sebab, dalam atraksi teatrikal tradisi Titiran masih ada bukti sejarah dari pintu bekas sampai sumur yang masih dimanfaatkan warga.
Maka agar sejarah ini tidak terputus perlu digali kembali cerita masa lalunya agar berurutan.
“Ada story telling nya, satu-satu kita gali sehingga saling bertautan antara yang di Tugu Muda dan di sini,” katanya.
Luwiyanto, tokoh masyarakat Kampung Djadoel menyampaikan dalam tradisi Titiran ada sejarah panjang batik Kota Semarang.
“Ada sejarah sebagai batik Semarangan yang pernah tergerus tapi kita bangkitkan dengan sentra batik,” katanya.
Tradisi Titiran tahun ini untuk memperingati 76 tahun kampung batik dibakar saat pertempuran lima hari di Semarang.
“Harapan kami, bisa mencangakan agenda tahunan. Agar bisa dikenang sepanjang masa,” katanya.
Candra Adi Nugroho warga Kampung Batik yang juga pemerhati sejarah pertempuran lima hari Semarang mendukung tradisi Titiran jadi agenda rutin digelar.
Rencananya, tradisi Titiran akan jadi agenda tahunan sebagai potensi wisata kegiatan seni yang dibuat.
Sebelumnya, dalam dua tahun terkahir ini tradisi Titiran hanya digelar dengan berdoa bersama warga saja.
“Dulu sederhana hanya berdoa bersama, kali ini dibuat kreasi ada unsur seni agar lebih menarik dilihat dan ditonton,” katanya. (sgt)