Trump Umumkan Pengakuan Yerusalem Ibu Kota Israel, Amerika Bisa Jadi Target Kemarahan

Sejumlah pria membakar bendera Amerika Serikat dan Israel saat menggelar aksi unjuk rasa di Kota Gaza, Jalur Gaza, Palestina, Rabu (6/12). Mereka menentang keras rencana Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kantor kedutaannya ke kota tua tersebut.

Sejumlah sekutu utama AS seperti Perancis, Arab Saudi, dan Turki juga telah memperingatkan dan mengungkapkan keprihatinan terkait rencana Trump tersebut.

Melalui sambungan telepon dengan Trump, Presiden Perancis Emmanuel Macron mengatakan perubahan status Yerusalem sebelum perdamaian tercapai akan memiliki dampak terkait proses perdamaian itu sendiri serta meningkatkan ketegangan di kawasan.

Dia juga mengingatkan kembali posisi komunitas internasional yang selama ini menganggap bahwa sengketa status Yerusalem harus diselesaikan melalui perundingan damai Israel dan Palestina.

“Terutama yang berkaitan dengan solusi pembentukan dua negara, Israel dan Palestina, yang hidup berdampingan dalam kedamaian dan keamanan dengan Yerusalem sebagai ibu kota mereka,” bunyi pernyataan Macron melalui Kementerian Luar Negeri Perancis seperti dikutip.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan pemindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Jerusalem dapat membuat instabilitas keamanan di Timur Tengah.

“Presiden Donald Trump dikabarkan akan menyampaikan pidato untuk memindahkan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem pada hari Rabu siang waktu Washington DC. Banyak pihak termasuk pemimpin dunia mengkhawatirkan hal ini,” ujar Hikmahanto Juwana di Jakarta, Rabu.