Ulang Tahun Pasar Gede, 88 Tumpeng Dikirab

ULANG TAHUN: Ssbanyak 88 tupeng dikirab dalam ranggka HUT Pasar Gede Solo ke 88 tahun atau 11 Windu
ULANG TAHUN: Ssbanyak 88 tupeng dikirab dalam ranggka HUT Pasar Gede Solo ke 88 tahun atau 11 Windu
JATENGPOS.CO.ID, SOLO – Merayakan ulang tahun Pasar Gede ke 11 Windu atau ke-88 tahun, ratusan pedagang yang tergabung dalam Komunitas Paguyuban Pasar Gede (KOMPPAG) menggelar Kembul Agung Windu Welasan 88 Tahun Pasar Gede sebagai bentuk syukur.

Dalam acara tersebut, pedagang pasar mengirab sebanyak 88 tumpeng yang menggambarkan usia Pasar Gede Hardjonagoro itu. Tumpeng berisi nasi kuning dengan lauk pauk lengkap tersebut diarak menuju pelataran pasar untuk didoakan kemudian disantap pedagang bersama-sama masyarakat.

“Kembul Agung Windu Welasan mengandung gagasan menikmati kemurahan hati Sang Pencipta secara bersama (kembulan). Menjauhkan diri dari keserakahan serta toleransi dalam hubungan sosial bermasyarakat sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Alloh SWT atas segala rejeki dan berkah kebaikan yang datang lewat keberadaan Pasar Gede,” tutur Wiharto, Koordinator KOMPPAG.

Selain sebagai bentuk rasa syukur, lanjutnya, acara tersebut juga merupakan bentuk promosi Pasar Gede sebagai pasar tradisional agar tak kehilangan pamor dan kalah dengan pasar modern. Apalagi dizaman digital seperti saat ini, dimana online shop mulai menggeser keberadaan toko ritail.

“Tujuannya dengan event masyarakat tertarik untuk datang. Sehingga pasar tradisional tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, namun juga ruang destinasi sehingga orang mau datang,” ujarnya.


Disinggung mengenai 88 tumpeng yang dikirab, Wiharto mengatakan mayoritas merupakan hasil urunan pedagang pasar, meski ada pula yang berasal dari sumbangan beberapa elemen. Seperti distributor maupun produsen yang barang-barangnya dijual di Pasar Gede. “Semuanya inisiatif pedagang yang saweran untuk membuat tumpeng yang dinikmati bersama,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Solo, Subagyo menyambut baik event budaya yang sepenuhnya diinisiasi pedagang Pasar Gede tersebut. Sehingga pasar tradisional tetap dikenal masyarakat, khususnya generasi muda.

“Sebagai bentuk pelestarian pasar tradisional agar tidak dilupakan, tentunya dengan membuat agenda-agenda yang selaras dengan pasar itu sendiri dan budaya kota Solo. Selain event budaya kita juga support dengan event ekonomi yang pastinya memberi efek positif bagi perkembangan pasar tradisional,” jelasnya. (jay/saf)

Disinggung mengenai proteksi yang dilakukan Pemkot terhadap pasar tradisional agar tidak tergerus zaman, Subagyo mengatakan, sejumlah langkah telah dilakukan pemerintah. Pertama dengan perkuatan fisik pasar, baik melalui penataan, revitalisasi, rehabilitasi maupun pemeliharaan dan perawatan. Kedua, meningkatkan SDM pasar dengan diklat serta pendampingan pedagang.

“Kami juga membangun kepercayaan masyarakat melalui inovasi seperti e-Retribusi, kemudian papan harga yang di pasang di depan untuk transparasi harga, timbangan digital untuk meyakinkan masyarakat tidak ada kecurangan sampai alat untuk scanner uang palsu,” pungkasnya. (jay/saf)

Baca juga:  Sengketa Aset Rumah Mewah di Solo, Pengusaha Kota Malang Mengadu ke Menkopolhukam dan Mabes Polri