UMKM Jadi Jaring Pengaman Sosial & Ekonomi Kerakyatan

UMKM Jadi Jaring Pengaman Sosial & Ekonomi Kerakyatan
UMKM Jadi Jaring Pengaman Sosial & Ekonomi Kerakyatan

JATENGPOS.CO.ID, JAKARTA – Kita mengetahui kinerja unit ekonomi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) atau usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia mencapai 98 persen lebih. Penyerapan tenaga kerja sebesar 97 persen dan berkontribusi 60 persen ke PDB.

Tapi di sisi lain, penurunan subsidi APBN 2020 terkait rencana kenaikan elpiji 3 kg, tarif tenaga listrik serta kenaikan BPJS, bisa menjadi pukulan berat bagi UMKM. Padahal, kita pun mesti paham benar, kontribusi pelaku usaha UMKM sangat besar terkait jaring pengaman sosial maupun penyangga utama ekonomi kerakyatan.

Keberpihakan konkrit pemerintah terkait akses bahan baku, dana perbankan dan nonbank, distribusi serta pemasaran harus terus kita tagih realisasinya. Anggota Komisi VI DPR, Marwan Jafar yang juga membidangi UKM menandaskan hal itu di Jakarta, Kamis hari ini (20/2/2020) kepada awak media.

Baca juga:  42 UKM Dapat Pendampingan YDBA

“Tolong diingat, ekonomi Indonesia nggak ambyar total waktu Krisis Ekonomi 98 di Indonesia karena terutama pelaku UMKM yang jadi katup-katup ekonomi-sosial di tingkat terbawah masyarakat. Itu sebabnya, dalam beberapa pasal di rancangan Omnibus Law, perlindungan usaha dan kesempatan berusaha bagi UMKM termasuk menjadi daftar prioritas,” tandas Marwan yang mantan Ketua Fraksi PKB.

iklan

Ditambahkan, kalangan UMKM mampu bertahan karena mereka jelas memiliki etos pantang menyerah, penuh kreativitas serta sangat mandiri dalam sejumlah mulai dari aspek produksi hingga sisi pemasaran.

Khusus terkait permodalan, Marwan mengingatkan, kemudahan akses jutaan pelaku UMKM ke perbankan dan nonbank juga harus menjadi prioritas. Sudah sejak dekade 70-an peraih Nobel Perdamaian Muhammad Yunus memperkenalkan skema kredit mikro–suatu bentuk pinjaman yang jumlahnya relatif kecil buat orang-orang yang tidak dapat diakses oleh perbankan alias nonbankable–berhasil membantu jutaan orang di Bangladesh dengan mendirikan Grameen Bank (artinya Bank Desa).

Baca juga:  Kadin Angkat UMKM Unggulan Semarang

Dunia juga dikejutkan, karena pada 2016 Grameen Bank berhasil menggandeng raksasa kapitalis Danone yang menggelontorkan dana 1,6 juta Euro. Bentuk kerja sama, diantaranya produksi yoghurt rakyat Bangladesh yang akan dipasok ke bisnis besar minuman Danone.

“Sungguh ini inspirasi menarik yang bisa jadi referensi bagi kalangan swasta besar, perbankan serta pemerintah sebagai regulator dan fasilitator. Mau tidak mereka berpihak dan mempercayai keuletan jutaan kinerja pelaku UMKM kita yang juga pengamal sejati ekonomi kerakyatan di Indonesia,” ujar mantan Menteri Desa-PDTT itu.

Sedangkan terkait jaring pengaman sosial oleh UMKM, Marwan mengingatkan juga, buat mengurangi masalah kemiskinan, ekonom dari Peru Hernando De Soto menawarkan sebuah cara yang tidak konvensional.

Baca juga:  KAI Bagi-bagi Masker Gratis

Menurut ekonom ini, orang menjadi miskin bukan karena tak punya modal. Melainkan karena negara tidak memberikan legalisasi atas aset-aset mereka. Karena itu, De Soto menyarankan agar pemerintah mendata ulang aset si miskin dan memberikan mereka sertifikat agar bisa meminjam modal ke bank. Dengan cara inilah mereka dapat masuk serta bersaing dalam sistem ekonomi pasar.(aln/bis)

iklan