JATENGPOS.CO.ID, SUBANG – Kecelakaan maut bis yang terjadi di Tanjakan Emen, Subang, Jawa Barat telah menewaskan 27 orang warga Ciputat Timur, Tangerang.
Selain korban meninggal, adapula korban yang selamat tetapi mengalami luka berat maupun ringan. Salah satunya Siti Jubaidah yang mengalami luka memar.
Kendati demikian, Siti masih trauma dan belum bisa berkomunikasi dengan lancar.
“Istri belum bisa cerita jelas ke saya karena dia lagi shock. Dia lihat teman-temannya pada meninggal,” jelas suami dari Siti Jubaidah, Wahgiyo, 44, Tangerang, Minggu (11/2).
Wahgiyo menuturkan saat kejadian, posisi istrinya berada di samping jendela yang ada pegangan.
Jadi, saat bus mulai oleng isteri saya sadar dan dia cari pegangan dan bisa selamat. Wahgiyo menambahkan ada tiga bus yang diberangkatkan dari Jalan Legoso, Tangerang.
“Istri saya sudah sampai rumah jam 04.30 WIB pagi tadi. Kondisi memar aja di jidat. Ya dia juga bisa nolongin teman-temannya juga saat di klinik,” kata Wahgiyo.
Begitupula dengan Juju, 43, yang merupakan kerabat dari beberapa korban dan salah satu korban yang selamat.
Dirinya mengaku tidak menahu awalnya bahwa itu merupakan bagian dari rombongan bus, tetapi ketika melihat seragamnya orange dan hitam, Juju yakin.
“Mungkin telat juga udah banyak yang kasih isyarat minta tolong tapi nggak ada yang bilang juga jadi nggak ada yang menolong. Saya ada di belakang bis satu dengan jarak dua menit. Jadi kalau memang berurutan mungkin kami bakal kena tabrakan beruntun ya,” terang Juju.
Sebelumnya, Juju dan rekan-rekannya pulang dari Tangkuban Perahu. Setelah ada tikungan dua kali, dirinya menjelaskan ada dua warung dan bengkel.
Ketika pas di tingkungan, Juju juga merasa tikungan tersebut tajam sekali.
“Jadi ada motor yang menurut keterangan saksi, ada dua orang berboncengan satu motor. Masuk ke dalam mobil kami, mau nyalip, akhirnya malah masuk ke dalam bus sampe belakang,” jelas Juju.
Awalnya, lanjut Juju, ada penumpang yang mengatakan untuk membenahi rem yang blong.
Bahkan, Ibu RT Teti pun, lanjut dia, mengeluh kepada dirinya jika mobilnya kurang nyaman ditumpangi.
“Saya bus ketiga, kedua juga enggak ada yg berani turun karena shock teman kami mati di tempat tujuh orang,” jelas dia.
Setahu Juju, begitu bus posisi turun, tak lama langsung menabrak plang. Perjalanan koperasi kebetulan ada 200 anggota, sementara yang ikut 150 lebih anggota.
Pukul 05.30 diketahui rombongan berangkat dan Juju mengatakan jadwal tur pun tidak tepat waktu atau molor.
“Kecelakaan terjadi mau ngejar waktu ke Ciater. RAT selesai, kami udah makan-makan, foto. Memang sebenarnya sudah mau digagalkan ke Ciater, karena udah terlalu sore namun si ketua merasa bertanggung jawab terhadap rencana itu dan gak mau mengecewakan, jadilah agenda itu dilakukan,” pungkasnya.(JPC/udi)