JATENGPOS.CO.ID, SEMARANG – Sebanyak 11.381 putra putri terbaik bangsa diterima menjadi mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip) Semarang tahun akademik 2018/2019. Ribuan mahasiswa itu terdiri dari program doktor 140 orang, program magister 964 orang, program spesialis 142 orang, program profesi 16 orang, program sarjana 8.239 dan program vokasi 1.896.
Yang, menarik, orang nomor satu dan nomor dua di Pemkot Semarang, Walikota Hendrar Prihadi dan Wakil Walikota Hevearita Gunaryanti Rahayu juga ikut menjalani proses pengukuhan sebagai mahasiswa Undip masing-masing program doktoral dan magister.
Mas Hendi dan mbak Ita, begitu panggilan akrab kedua pejabat Pemkot Semarang itu menerima kartu mahasiswa dan disematkan jaket almamater oleh Rektor Undip Semarang Prof Yos Johan Utama.
Sebab, tahun ini mereka diterima sebagai mahasiswa baru Undip. Walikota Hendi menjadi mahasiswa Undip pada program doktor Ilmu Sosial dan Wakil Walikota Ita menjadi mahasiswi Undip program Magister Ilmu Politik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Undip Semarang.
Rektor Undip Semarang Prof Yos Johan Utama pun saat mengukuhkan kedua pejabat tersebut mengapresiasi walikota dan wakilnya yang masih meluangkan waktu untuk menimba ilmu. “Nah, suadara-saudara bisa mencontoh semangat walikota dan wakil walikota Semarang, yang di tengah kesibukannya memimpin Kota Semarang masih menyempatkan diri untuk belajar dan menimba ilmu,” ungkap Rektor Prof Yos Proses saat pengukuhan mahasiswa pada Senin (6/8) di Stadion Undip Kompleks Kampus Undip Tembalang, Kota Semarang.
Selain itu, di hadapan 11 ribuan calon pemimpin bangsa tersebut Rektor menyampaikan bahwa Undip Semarang adalah kampus rakyat yang dipenuhi rasa welas asih dan kasih sayang.
“Sebab Undip tidak hanya melayani mahasiswa yang berkemampauan ekonomi tetapi Undip dengan tegas memberikan jaminan akan melayani mahasiswa yang tidak mampu minimal 20% dari kuota yang ada. Bahkan Undip telah memberikan akses bagi lebih 30% mahasiswa yang tidak mampu baik melalui program bidikmisi maupun penetapan UKT kelompok 1 dan 2 serta 3,” jelasnya.
Tahun ini saja, Prof Yos menyatakan ada lebih dari 1.000 mahasiswa baru yang mendaftar dan sudah memenuhi administrasi untuk diusulkan untuk memperoleh bidik misi. Dia juga menyatakan jika Undip adalah Indonesia mini, karena mahasiswa Undip berasal dari segenap suku bangsa yang ada di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, walaupun berbeda beda suku dipersatukan Undip menjadi satu.
“Di Undip tidak ada semangat kesuku-sukuan, tidak ada suku Papua, suku Jawa, suku Batak, suku Bugis karena kita semua adalah insan-insan yang cinta NKRI, karenanya kita adalah satu rakyat Indonesia,” tandasnya.
Prof Yos menambahkan di Undip tidak boleh ada paham radikalisme, kesukuan, ras, dan lain-lain. Paham yang menyimpang dari ajaran Panacasila tidak ada tempat di bumi Undip.
“Mari kita kembangkan dan laksanakan paham-paham Undip yakni paham kerja keras, paham kejujuran, paham tertib waktu, paham toleransi, paham kasih sayang, paham inovasi, jiwa ksatria, jiwa bertanggungjawab dan jiwa yang tawadu’ dan tawakal,” ujarnya.
Para mahasiswa Undip Semarang, Prof Yos menghimbau agar setelah lulus bisa menjadi penebar virus kasih sayang dan penebar rahmatan lil alamin.
“Oleh karenanya selama di Undip saya melarang dengan tegas segala bentuk perpeloncoan dan penistaan karena semua itu adalah pelanggaran atas hak asasi manusia dan kriminal,” tegasnya.
Rektor juga mengingatkan tidak akan segan mendrop out (men-DO) mahasiswa yang melakukan perploncoan serta sanksi disiplin keras bagi staf pengajar yang melakukan pembiaran terjadinya perpeloncoan.
Undip tidak akan pernah mentolelir perilaku kasar,” pungkas Prof Yos.
Dalam proses pengukuhan mahasiswa baru 2018, Prof Yos secara simbolis melakukan pemasangan jaket almamater kepada beberapa mahasiswa baru, diantaranya 8 orang mahasiswa warga negara asing dari berbagai negara, yakni Senegal, Timor Leste, Uganda, Sudan, Libya dan Nigeria. (gus/udi)